GridOto.com - Di Indonesia, keberadaan mobil ambulans yang melaju dengan sirine yang meraung-raung masih sering disepelekan.
Malah kerap terjadi ambulans yang terjebak macet atau enggak bisa bergerak karena terhalang kendaraan lain.
Secara hukum, ambulans yang sedang bertugas harusnya cuma kalah sama mobil pemadam kebakaran. Polisi hingga kendaraan pejabat pun wajib berhenti.
Hal ini jelas tertulis dalam Pasal 134 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, ambulans yang mengangkut orang sakit mendapat prioritas kedua di jalan raya setelah kendaraan pemadam kebakaran yang sedang bertugas.
(Baca Juga: Video Bupati Sumba Timur Inreyen Mobil Ambulans Bantuan dari PT PLN)
Fenomena ini yang membuat komunitas Indonesian Escorting Ambulance (IEA) Surabaya tergerak untuk membantu kelancaran rute para sopir ambulans.
"Secara garis besar, kami ini relawan kemanusiaan. Tupoksi utama kami membantu kelancaran ambulans. Kita tahu sendiri sebagian besar masyarakat ketika mendengar sirine ambulans, malah diabaikan. Jadi kami bagian membantu supaya kendaraan-kendaraan lain mau menepi," tutur Eka Irkens Putra Susanto (33), satu di antara dewan pembina IEA Surabaya, Kamis (30/5/2019).
Komunitas ini secara nasional sudah berusia 2 tahun, sedangkan area Surabaya baru 1,5 tahun.
Anggotanya ada 42 orang, dengan kisaran usia mulai 18-40 tahun.
(Baca Juga: Ambulans Siap Bawa Korban Unjuk Rasa, Pengendara yang Baik Harus Beri Jalan, Ini Aturannya)
Ketika ditanya alasan mengapa mereka mau sukarela membantu ambulans supaya cepat sampai tujuan, pria yang akrab disapa Irkens ini menyebut tiap anggota punya alasan yang berbeda-beda.
"Kalau alasan secara garis besar pasti ingin membantu kelancaran ambulans. Tetapi biasanya juga karena ada pengalaman pahit akibat keterlambatan ambulans sampai ke rumah sakit. Salah satu yang berangkat dari pengalaman ini adalah saya. Dulu saya punya seorang sahabat yang meninggal di dalam ambulans karena terjebak macet," papar Irkens.
Sedangkan Hamdan Alaydrus (29), koordinator lapangan IEA Surabaya, mengaku bergabung karena gemas dengan tingkah laku pengendara Surabaya yang masih acuh tak acuh kala mendengar lengkingan suara sirine.
Menurutnya, masyarakat Surabaya masih lebih mudah mengalah terhadap iring-iringan kendaraan pemerintah.
(Baca Juga: Ada Ambulans Khusus Bayi di Surabaya, Apa Bedanya dengan Ambulans Biasa?)
"Bahkan dari pihak kepolisian lebih diutamakan, padahal kan tidak urgent. Ambulans harusnya utama, tapi orang-orang kurang peduli. Saya masuk ke sini supaya masyarakat sadar kalau ambulans lebih penting, itu prioritas kedua setelah damkar," ujarnya.
Cara kerja IEA Surabaya adalah dengan pendekatan langsung pada para sopir ambulans, lalu memasukkan mereka ke dalam grup WhatsApp.
Bila ada sopir yang butuh bantuan pengawalan, sopir bisa langsung mengirim pesan di grup.
Saat mengawal, IEA Surabaya mengerahkan empat anggotanya yang bertugas sebagai road captain, marshall, sweeper dan closer.
(Baca Juga: Woow...Beli 1 New Carry Ambulans Bisa Dapat 1 Wuling Almaz Plus 2 Aerox)
Road captain bertugas mencarikan jalan terbaik atau terdekat, marshall menangani ambulans, sweeper menghalau kendaraan pribadi yang menghalangi, sedangkan closer memastikan keluarga yang mengiringi tidak tercecer.
Selama 1,5 tahun beroperasi, Dalang Firman (37), pembina IEA Surabaya, mengatakan timnya sudah menemui beragam cobaan di jalan raya.
"Sering dimaki-maki, diserempet, diludahi juga. Tapi kami selalu sabar. Ada juga yang bilang kita arogan, tapi ya bagaimana, kami terpaksa harus agak mepet karena kendaraan tidak mau memberi jalan. Salah paham sering, sampai dikejar juga. Diserempet mobil hampir jatuh ya pernah," ceritanya.
Ia berharap, ke depannya masyarakat Surabaya bisa mengevaluasi diri, dengan menumbuhkan kesadaran untuk memberi jalan ketika bertemu ambulans.
Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Komunitas Indonesian Escorting Ambulance Surabaya, Kawal Ambulans Pecah Kemacetan
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Tribun Jatim |
KOMENTAR