GridOto.com –Awal 1800-an saat mobil listrik pertama kali diciptakan, teknologi baterai belum secanggih sekarang. Waktu itu baterai yang telah habis masa pakainya,akan menjadi sampah yang tak bisa dimanfaatkan lagi.
Baru ketika 1881, saat Gaston Plante asal Prancis menemukan lead-acid battery, secara keseluruhan desain baterai kemudian diperbaiki. Kapasitas daya meningkat, bisa diisi ulang, dan produksi baterai sudah mengarah pada skala industri.
Semenjak itu kendaraan listrik mengalami perkembangan, mulai dari yang beroda dua, beroda empat, kereta, hingga gerobak dipasangkan dengan motor listrik yang menggunakan baterai.
Teknologi Cas Baterai
Minat orang terhadap mobil listrik meningkat pesat pada akhir 1890-an sampai awal 1900-an. Situasi ini, tak lepas karena baterai pada kendaraan listrik waktu itu, relatif mudah diisi ulang.
(Baca Juga : Muncul Perdana Pada Tahun 1832, Begini Evolusi Mobil Listrik di Dunia)
Secara umum, ada tiga model pengisian baterai pada mobil listrik. Pertama, isi ulang di tempat tinggal dengan alat portabel, di mana pemilik mobil menyambungkannya ketika ia sudah sampai di rumah dan mengisi ulang semalaman.
Pemilik mobil listrik bisa mengecas di rumah atau tempat bekerja, sebab beberapa kendaraan listrik dapat dicolokkan ke soket listrik standar. Melakukan cas baterai di rumah, tidak punya ketentuan khusus, tanpa pakai meteran, dan beberapa stasiun pengisian portabel juga dapat terpasang di dinding.
Metode ini, jadi cara mengecas baterai paling praktis karena tak butuh arus listrik yang tinggi, namun kekurangannya proses pengecasan tergolong lama.
Kedua, stasiun pengisian baterai umum. Biasanya, di negara maju dikelola oleh pihak swasta, sistem pengisian ulang seperti ini ada yang berbayar atau gratis.
(Baca Juga : Awalnya Tidak Bisa Diisi Ulang, Berikut Evolusi Baterai Mobil Listrik)
Sistem ini awalnya berangkat dari isi ulang mobil listrik yang membutuhkan daya lebih besar dan harus mendukung daya jelajah lebih jauh dan waktu lebih relatif lebih cepat. Pengecasan harus dicolok ke soket listrik dengan arus kapasitas lebih tinggi, oleh karena itu infrastruktur ini dipercaya jadi solusi kebutuhan mobil listrik dalam jangka panjang.
Stasiun pengisian umum ini biasanya tersedia sebagai fasilitas di jalan seperti layaknya SPBU, atau di tempat-tempat yang strategis dan dioperasikan oleh banyak perusahaan swasta. Stasiun pengisian umum juga bisa dijumpai di lokasi parkir, pusat perbelanjaan, stasiun kereta, atau tempat bekerja.
Tukar Baterai (swaping)
Stasiun pengisian umum dinilai mendukung jangkauan yang lebih jauh dan proses pengisian lebih cepat. Tetapi, metode ketiga, disebut dengan cara tukar baterai atau swaping, dipercaya jauh lebih praktis ketimbang harus berlama-lama menunggu cas baterai sampai terisi penuh.
(Baca Juga : Perkembangan Teknologi Motor Penggerak di Mobil Listrik)
Metode swaping battery seperti ini jadi yang paling mudah, sebab konsumen yang hanya tinggal menukar baterai yang sudah habis dengan baterai yang sudah diisi penuh.
Namun stasiun pengisian ulang model ini dinilai butuh standarisasi yang lebih baik, agar bisa dipakai di banyak kendaraan listrik. Selain itu, metode ini hanya ideal untuk kendaraan listrik berukuran kecil, seperti sepeda motor, karena dimensi baterai yang kompak. Kalau untuk mobil, baterai yang digunakan relatif besar dan punya mekanisme menyatu dengan sasis kendaraan, sehingga sulit menggunakan metode swaping battery.
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
KOMENTAR