GridOto.com- Berkembangnya perekonomian dan bisnis di Kota Bengawan, semakin mendesak Pemerintah Kota dan Dinas Perhubungan Kota Solo untuk memutar otak dalam efisiensi dan efektivitas infrastruktur transportasi.
Seperti yang diungkapkan oleh sejumlah narasumber dalam diskusi bertajuk 'Teropong Pembangunan Transportasi Kota Solo' yang diadakan di Gedung Tribunnews Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/1/2019).
Dalam diskusi tersebut hadir empat pembicara sebagai narasumber yakni Wakil Walikota Surakarta Ahmad Purnomo, Anggota Komisi III DPRD Surakarta Endang Hendratni Heny Nogogini, Kepala Balai Perhubungan Surakarta Hery Prayitno, dan Pengamat Transportasi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Syafi'i.
Dalam diskusi tersebut Syafi'i mengatakan jika membahas berkaitan infrastruktur transportasi Kota Solo tidak bisa dilihat hanya cara mengurai kemacetan yang terjadi saja.
(Baca Juga : Kecelakaan Pertama di Flyover Manahan Kota Solo Libatkan Yamaha Vega dan Toyota Innova)
"Flyover, parking tower, dan lainnya itu hanya sebagai kecil dari permasalahan infrastruktur transportasi," ujar Syafi'i yang juga Komisaris PT Transportasi Jakarta ini.
Beberapa waktu belakangan ini Kota Solo memang diketahui tengah bersolek infrastruktur transportasinya seperti pembangunan flyover di sejumlah titik, rekayasa ulang lalu lintas, dan peremajaan sejumlah ruas jalan.
Namun, Syafi'i menganggap jika hal tersebut masih bersifat mikro jika melihat gerak perkembangan Kota Solo kedepannya.
"Jadi perlu dilihat secara makro, secara sistem, ini arahnya mau dikemanakan transportasi Kota Solo saat ini," jelasnya dalam diskusi tersebut.
(Baca Juga : Belum Usai Pembangunan Flyover Manahan, Kota Solo Siap Bangun Flyover Lagi)
Ia melihat jika konteks pembangunan infrastuktur transportasi juga harus mengukur pergerakan eksternal, atau kendaraan yang melaju dari luar Kota Solo menuju ke Solo.
Seperti data yang diungkapkan Dinas Perhubungan Kota Solo melalui Hery Prayitno menjelaskan, jika jumlah kendaraan yang keluar-masuk Kota Solo mencapai di angka 1-1,5 juta kendaraan setiap harinya.
"Saat di siang hari, volume kendaraan di lalu lintas Solo tertinggi bisa mencapai angka 2,5 juta kendaraan," terang Hery.
Syafi'i menganggap jika pengguna kendaraan yang tidak menjadikan Kota Solo sebagai destinasi akhir atau hanya untuk transit saja itu relatif besar.
(Baca Juga : ITW Prediksi Kemacetan di Jakarta Pada Tahun 2019 Lebih Parah?)
"Bandung saja dulu sebelum Tol Purbaleunyi jadi, masyarakat nyaman berkendara di Bandung, sekarang setelah tol itu jadi apa jadinya, weekend-nya orang Jakarta ya di Bandung, padat sekali sekarang," imbuhnya.
Syafi'i pun memperkirakan jika pergerakan transportasi dan lalu lintas Kota Solo juga mengarah seperti Bandung.
Ia berpendapat perlu adanya penyeimbang dengan hadirnya ring road selatan, disamping ring road utara, untuk menghindarkan kepadatan lalu lintas Kota Solo dari kendaraan yang tujuan akhirnya bukan Solo.
Editor | : | Eka Budhiansyah |
KOMENTAR