/photo/2018/12/26/1373226958.jpeg)
GridOto.com - Ternyata ada lem khusus buat menambal tangki motor yang bocor, cara pakainya juga gampang.
Lem yang digunakan adalah lem fiberglass yang terbuat dari resin
Ada beberapa merek lem Fiberglass atau resin yang biasanya digunakan untuk menambal tangki motor sport.
"Buat nambal tangki motor sport biasanya pakai lem Fiberglass yang ada gambar burung Nuri-nya," ucap Putut Irawan dari Cemerlang SG, toko cat langganan bengkel bodi kepada GridOto.com di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
(Baca Juga : Baca Juga : Substitusi Roller Yamaha NMAX, Lebih Murah dan Banyak Pilihan)
Di dalam kemasan lem fiberglass atau resin terdapat dua cairan.
"Terdapat botol yang berisi resin dan katalisnya," sahutnya lagi.
Untuk menambal tangki motor sport yang bocor ikuti langkah berikut ini.
Pertama kosongkan dan bersihkan tangki motor sport dari bensin dan sisa karat.
(Baca Juga : Jika Terendam Air Laut, Lakukan Langkah Ini Agar Motor Normal Lagi)
"Biasanya ada serbuk-serbuk akibat karat, pastikan semuanya bersih sebelum diresin," kata Putut lagi.
Setelah itu siapkan wadah bekas gelas air mineral yang berukuran 300 ml.
"Tuang adonan resin sebanyak 100 ml, kemudian untuk katalisnya 1 ml, aduk hingga merata," katanya lagi.
Setelah tercampur dengan rata, kemudian tuangkan adonan resin ke dalam tangki motor sport.
(Baca Juga : Selain Mesin, Bagian Ini Rawan Bermasalah Jika Terkena Air Laut)
"Ubah posisi tangki supaya merata, lakukan hingga cukup," sahut Putut.
"Jika sudah merata jemur tangki di bawah terik matahari," pungkasnya.
Biasanya untuk menambal tangki motor sport berukuran 10 sampai 13 liter membutuhkan lem fiberglass lebih dari satu.
"Kalau buat motor sport biasanya butuh 2 sampai 3 botol untuk menambal," sahunya lagi.
(Baca Juga : Pada MotoGP 2019, Marc Marquez Waspadai Ancaman dari Francesco Bagnaia)
Sebotol lem Fiberglass Nuri ini dibanderol Rp 15 ribuan.
Berarti biaya yang dibutuhkan untuk menambal tangki motor sport dengan lem Fiberglass sekitar Rp 45 ribuan.
Lumayan bukan?
| Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR