GridOto.com - Musim depan, kelas Moto2 akan memakai mesin 765 cc 3 silinder dari Triumph menggantikan mesin 600 cc 4 silinder dari Honda.
Selain itu, musim depan Moto2 juga menggunakan perangkat elektronik seragam dari Magneti Marelli.
Dengan dua perubahan besar itu, Moto2 diyakini akan semakin mendekati MotoGP.
Hal itu sedang jadi trending topic di kalangan GP Mania saat ini, baik fans dan orang-orang yang berkecimpung langsung.
(Baca Juga : Kaleidoskop MotoGP 2018: 4 Seri Paling Viral dan Kontroversial)
Sam Lowes dan Tom Luthi adalah orang yang sudah balapan di kelas MotoGP, kelas Moto2 dengan mesin lama, dan akan balapan dengan mesin baru di musim depan.
Jadi, cocok dan akurat nih dengar kata keduanya.
"Kecepatan saat di tengah tikungan lebih lambat saat aku memakai mesin Honda," kata Sam Lowes dikutip GridOto.com dari Crash.net.
"Tapi kecepatan keluar dan masuk tikungannya sudah lebih cepat," tambahnya.
Lowes memang tidak berani menyamakan persis dengan MotoGP, tapi rasanya mirip.
"Oke memang bukan MotoGP, ini cuma 130 dk, tapi rasanya lebih mirip MotoGP dibandingkan saat dengan mesin Moto2 Honda," sambungnya.
Untuk masalah menikung, memang masih ada plus minusnya dibanding mesin Honda.
Tapi dengan mesin baru ini Lowes merasa lebih baik.
(Baca Juga : Manajer Tim Repsol Honda Bilang Masa Valentino Rossi Sudah Habis)
Selain itu, pergantian gigi juga lebih cepat dan rpm tinggi lebih mudah didapat.
"Lalu dengan mesin Honda setiap orang hampir sama racing line-nya, sekarang kau bisa melakukan mengubahnya," jelasnya.
Dengan itu, Lowes yakin akan terjadi lebih banyak pertarungan dan salip-menyalip di Moto2 2019.
Tom Luthi juga sependapat dengan Sam Lowes.
"Sekarang aku balik dan berpikir Moto2 akan mendekati MotoGP, tapi masih ada perbandingan kecepatan menikung dengan motor besar itu," kata Luthi.
"Ini memang masih Moto2, tapi ini bukan mesin 600 cc dan lebih banyak torsi dari Triumph saat menikung," sambungnya.
Luthi senang dengan mesin baru ini.
Hanya saja, mesin baru ini memang lebih sulit dikontrol.
Torsi putaran bawahnya sangat besar, jadi akselerasinya lebih gila.
(Baca Juga : Ngilu! Detik-Detik Pembalap Malaysia Tewas di Malaysian Cub Prix 2018)
"Saat keluar tikungan, atau di apex, sangat sulit karena kau harus halus dan hati-hati," jelasnya.
Kemungkin high side crash dengan mesin ini juga lebih besar.
"Itu karena sangat sulit dikendalikan, kau harus kalem dan halus dengan tuas gasnya, ini baru dan kau harus menemukan caranya agar lebih mudah dikontrol," kata pembalap asal Swiss ini.
Editor | : | Ditta Aditya Pratama |
Sumber | : | Crash.net |
KOMENTAR