GridOto.com – Sama-sama berfungsi sebagai manipulator data yang dikeluarkan ECU, apa bedanya piggyback dan open looper di motor injeksi?
Dua perangkat ini tentunya akrab bagi mekanik dan bikers yang doyan oprek motor injeksi.
Sebab, dengan piggyback atau open looper, ECU standar yang awalnya tidak bisa disetting menjadi bisa dimanipulasi data settingnya.
Lalu apa bedanya piggyback dan open looper?
(BACA JUGA: Bikin Penasaran, Dari Mana Asal Ban Bekas Pakai yang Banyak Dijual?)
“Piggyback dan open looper sama-sama memanipulasi kerja ECU standar. Bedanya hanya pada tingkat kepresisian settingan yang bisa dilakukan,” jelas Harel Rahman, distributor produk Speedsparks kepada GridOto.com di Bekasi, Jawa Barat.
Contoh jika bikers melakukan penggantian knalpot pakai tipe racing atau melakukan bore up pastinya butuh asupan bahan bakar lebih banyak ke mesin.
Nah, manipulator seperti piggyback dan open looper ini bisa bikin ECU standar memerintahkan memberi semprotan bensin lebih banyak ke mesin.
Perihal pengaturan debit bensin yang disemprotkan ini yang berbeda antara perintah dari piggyback dan open looper.
(BACA JUGA: Dijamin Seru, GridOto.com Bakal Jelajah Amerika 2018)
Pada piggyback fuel controller seperti produk Speedsparks, debit bensin bisa diatur kedalam 3 range rpm.
Yaitu low rpm (0 - 3.000), middle rpm (3.000 - 7.000), dan high rpm (7.000 - 20.000) dengan tambahan fitur rpm limiter dan fuel jet.
Sehingga debit bensin pada masing-masing range bisa diatur sesuai dengan kondisi yang diperlukan mesin motor.
“Kalau open looper hanya satu settingan debit bensin, mau lean atau rich dan berlaku di seluruh range rpm,” ungkapnya.
(BACA JUGA: Pilihan Apparel untuk Naik Motor, Keren dan Nyaman)
Untuk hasil lebih maksimal, pemasangan piggyback tetap memerlukan modul open looper di motor.
“Tujuannya supaya O2 sensor tidak mengkoreksi data yang sudah dimanipulasi piggyback ke ECU,” pungkas Harel.
Informasi lebih lanjut bisa hubungi Big Bull Garage sebagai distributor Speedsparks di nomor 0858-9167-1400.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR