GridOto.Com - Kecelakaan hebat yang melibatkan sebuah limousine, terjadi di Schoharie, New York, Amerika Serikat (6/10/2018).
Total korban jiwa akibat kecelakaan itu mencapai 20 orang, 18 penumpang termasuk sopir limousine, dan 2 pejalan kaki.
Kecelakaan ini teryata jadi yang terparah, sejak kecelakaan pesawat di Buffalo, New York, yang tewaskan 50 orang.
Limo nahas itu ternyata mengebut di jalan menurun, yang sudah terkenal sangat berbahaya oleh warga setempat.
(BACA JUGA: Anies Baswedan Bantu Evakuasi Kecelakaan Mobil di Cipali)
Dan benar saja, Ford Excursion limousine itu pun hilang kendali, terobos perempatan, lalu tabrak Toyota Highlander kosong yang sedang terparkir.
"Limo itu melaju sekitar 96 km/jam di jalan menurun, lalu tabrak dua orang. Saya tidak sanggup menjelaskan kondisinya, sangat mengerikan. Ini sesuatu yang rasanya tak ingin kalian bayangkan," ujar Jessica Kirby, Manager Apple Barrel Country Store dirilis dari The New York Times.
Penyidik Federal Amerika Serikat, pun bergerak cepat dengan melakukan penyidikan, termasuk otopsi, dan uji toksikologi kepada 18 penumpang dan sopir limo.
"20 korban adalah hal yang sangat mengerikan. Sepanjang karir saya selama 12 tahun, ini kejadian parah yang baru saya lihat lagi sejak sangat lama," ujar Robert L. Sumwalt, Chairman National Transportation Safety Board.
(BACA JUGA: 5 Fakta Dibalik Kecelakaan Marko Simic, Kronologi hingga Penanggung Biaya Kerusakan)
Polisi setempat menjelaskan bahwa limousine itu meluncur kencang di jalan menurun, terobos perempatan, tabrak Toyota Highlander kosong, lalu akhirnya mendarat di jurang dankal di tepian jalan. Dua pejalan kaki dekat toko Apple Barrel, ditabrak dan langsung tewas.
Limousine biasanya adalah hasil modifikasi, dan secara umum sulit untuk mempertahankan aspek keselamatan penumpang seperti versi standarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan lanjutan soal penyebab utama mobil tersebut hilang kendali, hingga mengakibatkan kecelakaan mengerikan.
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
Sumber | : | The New York Times |
KOMENTAR