GridOto.com - Aki zaman now sudah banyak diisi menggunakan gel, bukan cairan seperti aki pada umumnya.
Secara prinsip kerja sebenarnya sama antara gel dan air, untuk mendukung terjadinya proses penghasilan listrik ketika ketemu elemen timah hitam di dalam aki.
Tapi kamu pernah terpikirkan enggak terbuat dari apa sih gel pada aki dan apa keuntungannya?
"Bahan dasarnya enggak jauh beda dengan air aki yang dipakai di aki basah," buka Romy Sukmadjaja, Senior Manager PT Motobatt Indonesia kepada Gridoto.com di Cikokol, Tangerang, Banten.
(BACA JUGA: Honda Garap Motor 1.312 cc Baru dengan Transmisi Otomatis)
"Sama-sama H2S04 tapi dibentuk menjadi gel yang kemudian diisi di dalam aki," tambahnya.
Kalau kita buka buku kimia lagi, senyawa H2SO4 adalah Asam Sulfat.
"Betul, salah satu bahan dasar untuk cairan Aki Zuur," tambahnya.
Penggunaan gel di dalam aki ternyata ada tujuan Sob.
(BACA JUGA: Suzuki Rilis Video Teaser, Mau Luncurkan Versi Baru Katana?)
Pertama berhubungan dengan sifat gel yang berbeda dengan air.
"Beda dengan sifat air yang bergerak menempati ruang kosong, gel lebih konsisten, enggak gampang bergerak dan enggak mudah menguap juga," tambahnya.
Jadi, ketika diletakan dengan posisi miring gel bisa tetap menutupi timah hitam di dalam aki.
Berbeda dengan air aki biasa yang mengisi ruang kosong yang bisa membuat timah hitam tidak terendam dengan air.
(BACA JUGA: Ini Alasan Valentino Rossi Menolak Jabat Tangan Marc Marquez)
Uniknya, ketika aki gel enggak digunakan gel akan padat namun mencari ketika digunakan.
"Ketika digunakan, proses penghasilan listrik menghasilkan panas. Itu akan membuat gel mencair namun tetap lebih kental dari air," ucap Romy lagi.
"Sehingga risiko untuk penguapannya juga lebih minim," tambahnya.
Saat ini sudah ada beberapa pabrikan aki motor yang menggunakan gel di tanah air.
Selain kelebihan yang disebutkan tadi, pabrikan aki juga mengklaim kalau aki gel bisa lebih panjang umur dibandingkan aki biasa.
Makanya, harga aki gel juga bisa lebih mahal dari aki model air.
Editor | : | Mohammad Nurul Hidayah |
KOMENTAR