GridOto.com - Street fighter merupakan salah satu aliran modifikasi yang sering menjadi pilihan para modifikator.
Dikutip dari Bikebound.com, pada dasarnya street fighter merupakan motor sport fairing, namun wujudnya hampir telanjang.
Disesuaikan agar tampilannya bersifat garang dan agresif.
Biasanya dengan melepas fairing, menambahkan lampu utama aftermarket, memakai setang motor adventure dan memakai knalpot pendek bersuara keras.
(BACA JUGA:Motor Bekas Yamaha Sering Dihargai Rendah, Pedagang Ambil Untung Terlalu Besar?)
Sebagian besar percaya jika street fighter berasal dari motor pembalap tahun 1950 hingga 1960-an.
Tetapi tren ini sebenarnya mulai diterapkan pada motor Jepang di era 70 dan 80-an.
Motor Jepang dianggap lebih murah, maka dari itu banyak pemilik yang rela melepas atau memotong fairing motornya.
Kemudian menyisakan beberapa potongan yang digunakan sebagai pemecah angin.
(BACA JUGA: Yamaha MX King 150 Difacelift, Honda Supra GTR150 Juga Ikut Berubah Jadi Begini?)
Seiring berjalannya waktu, tren street fighter juga diterapkan oleh para pabrikan motor.
Mulai dari Triumph Speed Triple 1994 dan Honda CB1100SF pada tahun 1999.
Lantas Ducati semakin memperjelas dengan mengeluarkan Ducati Streetfighter 848.
Menurut sejarahnya sih begitu Sob, tapi gimana yah pandangan dari modifikator?
(BACA JUGA:Unik Banget, Performa Motor Seperti Ini yang Diinginkan Valentino Rossi!)
Berdasarkan cirinya, builder Anas Choirudin dari Dien’s Bike, Pondok Bambu menjelaskan.
"Memulai modifikasi gaya street fighter lebih berkonsentrasi pada penampilan yang agresif.
"Ini didapat dari desain rangka serta kaki-kaki yang tepat," kata Din beberapa waktu lalu dikutip dari Kompas.com.
Lalu, motor yang memiliki rangka model deltabox juga dianggap paling cocok.
Karena rangka menonjol keluar dan mebuat motor terkesan kekar.
Pada motor modifikasi model ini, kekuatan kaki-kaki sangat diutamakan.
Karena para pemilik suka mengajak ngebut tunggangannya.
Makanya, demi mengejar kenyamanan, penggunaan komponen limbah moge pun dimanfaatkan.
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
Sumber | : | Kompas.com,bikebound.com |
KOMENTAR