GridOto.com - Coba putar kunci kontak. Royal Enfield Himalayan kemudian tekan tombol starternya.
Mesin akan langsung menyala diikuti getaran dan suara mesin yang lebih halus jika dibandingkan dengan model-model Royal Enfield yang sebelumnya.
Seperti Royal Enfield Classic dan Bullet yang masih mengusung mesin lawas.
Ketika sudah mulai berjalan, getaran ala Royal Enfield jauh berkurang meski putaran mesin sudah di atas 5.000 rpm.
Sehingga dijamin tangan enggak cepat kesemutan! Setang masih tenang, begitu juga dengan kaki dan pantat di jok.
Lalu apa yang membuat mesinnya benar-benar berbeda dan enggak lagi bikin kesemutan?
Ternyata mesin Royal Enfield Himalayan memang benar-benar baru dengan nama LS410.
Spesifikasinya 411 cc, SOHC, air cooled, fuel injection dengan bore 78 mm dan stroke 86 mm.
Klaim tenaga maksimumnya 24,8 dk di 6.500 rpm dan torsi 32 mm pada 4.250 rpm.
"Pada generasi mesin terbaru ini, kini ada balancer pada kruk as untuk meminimalisir getaran," jelas Anuj Dua, Head of Product Strategy, Royal Enfield.
"Lalu mekanisme buka tutup klep yang sebelumnya masih pakai push rod sudah diganti dengan rantai mesin atau keteng," sambung pria asal India ini.
Selain mengurangi getaran, penggunaan rantai mesin ini juga sukses mengurangi bobot.
Ada juga oil jet yang terus menyemburkan oli ke piston dan sudah dilengkapi dengan oil cooler untuk membantu pendinginan mesin.
( BACA JUGA : Dua Tahun Menunggu Himalayan Sampai ke Indonesia, Komponen Ini Yang Bikin Lama )
Secara teknologi, sejatinya update yang ada di mesin Royal Enfield Himalayan ini bukanlah teknologi baru.
Sudah banyak pabrikan motor di dunia yang mengadopsi teknologi seperti ini.
Namun bagi Royal Enfield yang selama ini selalu mempertahankan mesin lama mereka sebagai ciri khas, perubahan ini kerap dianggal lari dari tradisi Royal Enfield.
Penasaran mau mencoba? Silahkan tebus motor ini dengan mahar Rp 93 juta on the road Jakarta.
Bukan cuma mesin baru, Anda juga akan mendapatkan sensasi mengendarai motor dual purpose yang kental nuansa klasiknya.
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR