GridOto.com - Suzuki Thunder 250 adalah salah satu motor yang cukup digemari pada masanya.
Walaupun hanya 6 tahun beredar di Indonesia, tapi sampai sekarang masih banyak pemiliknya dan juga bengkel spesialisnya.
Salah satunya adalah Karisma Motor, yang menyediakan sparepart dan berbagai macam jasa servis untuk Thunder 250.
Diantaranya adalah servis besar, yang sebaiknya dilakukan, mengingat motor ini tergolong tua.
(BACA JUGA:Sikat! Herona Express Kasih Diskon Jasa Pengiriman Motor Buat Mahasiswa Baru)
Lalu berapa biaya untuk melakukan servis besar?
"Servis besar biayanya mulai dari Rp 180 ribu dan Rp 250 ribu, tergantung pengerjaan," kata Welly, pemilik Karisma Motor kepada GridOto.com.
Perbedaan kedua harga tersebut karena jenis pengerjaan.
"Sebenarnya sama saja pengecekannya, seperti cek kondisi piston dan ring piston, tapi kalau yang Rp 250 ribu itu termasuk skir klep juga, kalau yang Rp 180 ribu enggak," sambung pria berkacamata ini.
(BACA JUGA:Hal Spesial Pembalap Didikan Valentino Rossi yang Tak Dimiliki Pembalap Lain)
Skir klep sendiri bertujuan untuk menjaga kerapatan seating klep dengan klep, dan tidak ada jarak yang membuat kompresi mesin keluar, alias membuat kebocoran.
Oiya, harga tersebut hanya untuk jasa servisnya saja ya, belum termasuk penggantian sparepart jika memang ada yang harus diganti.
Pengerjaan servis besar di Karisma Motor pun tidak sampai satu hari lho.
"Pengerjaan sekitar 6 jam, masuk jam 9 pagi, jam 3 sore sudah selesai motornya," kata Welly.
(BACA JUGA:Johann Zarco Ungkap Momen Terbaik dan Terburuk dengan Valentino Rossi)
Menurut Welly, hal tersebut dikarenakan mekanik yang sudah cekatan menangani mesin Thunder 250 dan juga faktor ketersediaan sparepart.
"Karena ketersediaan sparepart kita komplit, seperti misalnya mau ganti piston atau blok, kita sudah siapkan penggantinya, jadi enggak perlu sampai menginap motornya," pungkasnya.
Kalau berminat bisa mengunjungi Karisma Motor di Jl. Cinere Raya No.17C, Depok, Jawa Barat, atau menghubungi nomor 0813-1604-9399.
Editor | : | Luthfi Anshori |
KOMENTAR