GridOto.com - Asian Games 2018 tak lama akan segera dimulai.
Persiapan demi persiapan terus digencarkan oleh para panitia penyelenggara agar kemeriahan Asian Games dapat dirasakan seluruh masyarakat.
Sebagai tuan rumah pesta olahraga yang digelar 18 Agustus hingga 2 September 2018 itu, sudah jadi kewajiban bagi Indonesia untuk mempersiapkan segala sesuatunya demi kesuksesan acara.
Salah satunya seperti yang dilakukan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menerapkan pembatasan kendaraan bermotor dengan sistem pelat ganjil-genap.
(BACA JUGA: Siapa Sangka, Warganet Justru Sesalkan Selebrasi Pembalap Road Race Ini, Lihat Videonya)
Rencana itu pun menuai beragam komentar dari komunitas roda empat yang biasa melintasi ruas jalan protokol.
"Saya secara pribadi memang tidak banyak terpengaruh dengan adanya ganjil genap, karna saya rutinitas harian mengunakan kendaraan roda dua," kata Eddy Dacktari selaku Ketua Umum Indonesia APV Club kepada GridOto.com, Senin (9/7/2018).
Tapi menurut Eddy, kebijakan ini secara umum memang sangat merugikan, apalagi jika situasi urgent yang mengharuskan menggunakan mobil
Senada dengan Eddy, Sony dari komunitas Honda Brio Club Indonesia juga merasakan hal yang sama.
(BACA JUGA: Kampung Halaman Valentino Rossi Berduka, Ritual Rossi Akan Hilang?)
"Kami sebagai pengguna jalan (berkendara pribadi) akan terganggu aktifitasnya (kantor/usaha) yang melalui jalur tersebut," paparnya.
"Solusinya akan memilih angkutan lainnya seperti taksi atau angkutan umum namun risikonya dengan transportasi umum adalah isu keamanan dan bisa terlambat," tuturnya.
Sebelumnya sistem ganjil genap hanya berlaku di kawasan Jalan Protokol Sudirman-Thamrin dan sebagian Jalan Gatot Subroto.
Kini uji coba mulai diterapkan di banyak titik lainnya, di antaranya adalah Pondok Indah, Jakarta Selatan dan Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta Pusat.
Tak cuma itu, waktu penerapannya pun ditambah menjadi 15 jam per hari, berlaku mulai pukul 06.00 hingga 21.00 WIB. Uji coba dilakukan mulai 2 hingga 31 Juli 2018.
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
KOMENTAR