GridOto.com - Pada rubrik blak-blakan kali ini, GridOto.com kembali menghadirkan salah satu sosok inspiratif di dunia otomotif.
Pada Sabtu (7/7/2018), kami berkesempatan bertemu langsung dengan Wibowo Santosa, owner Permaisuri Ban.
Sebuah toko penyedia pelek dan ban ternama yang terdapat di kawasan Jl. Mahakam, Jakarta Selatan.
"Kenapa namanya Permaisuri? Karena dulu yang melayani semuanya perempuan, itu anggotanya kakak-kakak saya," buka Wibowo Santosa.
(BACA JUGA: Blak-blakan Paulus Satriawan : Membaca Karakter Konsumen Premium di Indonesia)
Sebagai toko pelek dan ban ternama, Permaisuri Ban sudah hadir di Jakarta sejak lama.
"Perusahaan sebetulnya sudah ada sejak 1977. Hari ini tepat usia 41 tahun keberadaan kami. Sebelumnya, kami memiliki PT Aneka Ban yang dibikin ayah saya tahun 1964," jelasnya kepada GridOto.com.
Pada tahun 1992, pria yang akrab disapa Bowo ini mulai bergabung dengan Permaisuri Ban.
Bowo bercerita, dulu Indonesia selalu ketinggalan dalam hal tren.
(BACA JUGA: Blak-blakan Paul Toar: Oli OEM Bikin Penjualan Produsen Oli Turun)
"Kenapa di luar negeri sudah tren modifikasi pelek yang macam-macam, di sini masih pakai itu-itu saja, sudah ketinggalan zaman," ungkapnya.
"Jadi kami ingin Indonesia tidak ketinggalan zaman dengan tren di luar negeri. Gaya kita harus sama dengan gaya dunia," lanjut Bowo.
Sejak saat itu, Permaisuri Ban terkenal sebagai toko yang menganut global style.
"Visi kami ingin menawarkan produk terbaik, dengan tren terbaik saat ini," terangnya.
Selain karena pengalaman bisnis yang sudah turun temurun, prestasi Bowo di Permaisuri Ban rupanya tak lepas karena latar belakang pendidikannya.
"Saya dulu sekolah di Art Center College of Design, Pasadena, California, Amerika Serikat," kata Bowo.
Bisa dibilang kampus tempat Bowo menempuh pendidikan adalah Harvard-nya sekolah desain mobil.
"Masuknya susah, keluarnya lebih susah lagi. Saya pikir sekolah desain itu santai, ternyata celaka," aku Bowo.
Sebagai kampus seni, rupanya materi yang diajarkan tak melulu soal menggambar atau mendesain.
"Tapi berpikir solusi, kemudian juga dibiasakan habit yang baik," terangnya.
Setelah lulus dari sana, Bowo langsung melanjutkan bisnis ayahnya di Jakarta.
Bisnis pelek dan ban yang ditekuninya ini menurutnya punya kaitan dengan ilmu yang dipelajarinya sewaktu di kampus.
"Saya dapat kata-kata ini dari guru saya. Jadi kalau mau berhasil harus tetap di rambunya," tuturnya.
Makanya, output Permaisuri ban masih dalam kaidah standar safety.
"Ini agak sesuai dengan yang kami kerjakan sekarang. Kami modifikasi, beda dengan standar, tapi harus tetap di rambunya. Tetap keselamatan yang utama," tutup Bowo.
Editor | : | Hendra |
KOMENTAR