GridOto.com - Salah satu moda transportasi yang paling diminati saat di luar negeri adalah taksi.
Dengan taksi, kita jadi lebih praktis tanpa perlu bingung dan takut tersesat menuju tempat tujuan.
Beda dengan naik transportasi umum, yang terlihat membingungkan rute dan aturan mainnya.
Nah kali ini, GridOto.com bahas soal impresi naik taksi di Bangkok, Thailand.
(BACA JUGA: Isi Radiator Motor Pakai Air Mineral, Boleh Enggak Ya?)
Rute yang dipilih adalah dari bandara international Don Muaeng menuju Impact Challenger, Pak-Kret.
Oh ya, kalau kamu mau naik taksi dari bandara, biasanya kena biaya tambahan.
Taxi hiring at airport namanya, biayanya 50 Bath atau sekitar Rp 22 ribuan.
Oh ya, saat naik taksi pastikan sopir setuju untuk pakai argometer atau taxi meter.
(BACA JUGA: Yamaha Lexi Resmi Diperkenalkan di Medan, Ini Bocoran Harganya)
Karena di Bangkok, banyak juga taksi yang tidak mau pakai argometer.
Sopir taksi di Bangkok juga banyak yang tidak bisa bahasa Inggris, dan tidak bisa baca aksara latin.
Jadi kamu bisa kasih lihat alamat tujuan yang tertulis dalam aksara Thailand.
Di dalam taksi, ada informasi soal sopir dengan nomor indentitasnya.
Catat atau foto, untuk antisipasi kejadian tak terduga.
(BACA JUGA: Kurangi Kecelakaan, Dishub DKI Akan Pasang Ratusan Cermin Cembung)
Sama seperti di Indonesia, biaya jalan tol tidak termasuk dalam argo, jadi kamu harus bayar terpisah.
Sebaiknya selama perjalanan, kamu pakai aplikasi navigasi di smartphone, jaga-jaga agar perjalanan tidak diputar-putar yang bikin ongkos membengkak.
Taxi di Bangkok kondisinya bagus dan bersih, Paling banyak pakai Toyota Altis.
Tapi ada juga yang pakai Toyota Innova, bahkan Toyota Fortuner.
Ada yang menarik soal argo, kalau taxi kena macet dan tidak bisa melaju 6 km/jam, biayanya jadi per menit, 2 Bath/menit.
(BACA JUGA: Baca! Prediksi Jasa Marga Soal Puncak Arus Balik Libur Paskah. Sejumlah Titik Ini Bakal Padat)
Biaya yang kami habiskan dalam menempuh jarak 10 km, adalah 145 Bath atau sekitar Rp 65 ribuan.
Gak terlalu beda jauh dengan di Indonesia kan?
Editor | : | Anton Hari Wirawan |
KOMENTAR