Gridoto.com - Meski belum diluncurkan secara resmi, PT Garansindo Euro Sports selaku distributor resmi Ducati Indonesia sudah mempersilahkan unit Ducati SuperSport-nya untuk kami coba dan lakukan review.
Soal genre motor ini, Ducati mengklaim bahwa ia bukan sebuah sport-bike tulen, tapi juga bukan sport-touring.
Jadi motor ini lebih ke sport-bike yang tetap nyaman digunakan untuk harian.
Ducati Supersport dipasarkan dalam dua tipe, yakni SuperSport seharga Rp 429 juta dan Ducati SuperSport S Rp 479 juta off the road.
Apa sih beda kedua varian tersebut?
Kalau yang varian S sudah dibekali suspensi Ohlins depan 48mm, sementara yang standar pakai Marzocchi 43mm.
Terus suspensi belakang juga sudah Ohlins, dapat passenger seat cowl sewarna bodi, hingga sudah dibekali Ducati Quick Shifter.
Sedang yang kami tes bukan varian S, tapi nggak masalah karena performa mesin tetap sama.
Penasaran dengan hasil tesnya? Yuk simak aja!
Desain
SuperSport ini sebenarnya merupakan gabungan dari tiga motor Ducati sekaligus loh, yakni Monster, Panigale, serta Hypermotard sebagai basis mesinnya.
Ciri Panigale ada di bagian depan terutama lampu utama yang menyipit ditemani DRL dan ujung fairing melancip.
Rangkanya mengambil basis dari Monster makanya pakai model trellis dan menjadikan mesin sebagai tumpuan utama sasis depan maupun belakang.
Diamati dari samping terlihat joknya rendah khas sport-touring, desainnya menyambung antara pengendara dan pembonceng.
Tangkinya terlihat tinggi, lebar dan memiliki lekukan-lekukan di sampingnya yang dapat menampung 16 liter.
Bagian belakangnya menarik banget nih karena menggunakan aluminium single-sided swing arm khas Ducati.
Ditambah lagi knalpot twin aluminium mufflers yang desainnya pendek bikin makin keliatan sporty.
Fitur dan Teknologi
Windshield-nya yang terlihat mungil ini ternyata bisa diatur secara manual loh, dengan hanya menarik atau mendorong ke bawah.
Trus masuk ke panel instrumennya dimana letak berbagai fitur dan peranti elektronik diatur.
Ada takometer paling atas, sisi kiri petunjuk DTC (Ducati Traction Control) dan ABS, sisi kanan penunjuk gigi, tengah spidometer.
Lalu ada riding modes serta indikator bahan bakar dalam bentuk bar.
Riding modes dibekali dengan 3 pilihan, yakni Sport, Touring, serta Urban yang bisa dipilih dengan tombol di tengah sein.
Nah menariknya masing-masing riding mode tersebut bisa diatur lagi secara individual.
Misal response mesin yang punya 3 tingkatan, yakni Low, Mid, hingga High.
Kemudian DTC juga bisa diatur bahkan hingga 8 tingkat, berikut ABS yang punya 3 tingkat.
Baik DTC maupun ABS juga bisa dimatikan sama sekali loh Sob. Buset banyak banget ya pilihannya!
Perangkat pengeremannya sangat mumpuni, bahkan setara dengan Panigale 959 nih.
Depan pakai 2 buah 320mm semi-floating discs yang dijepit dua buah radially mounted monobloc Brembo M4-32 callipers 4 piston.
Sementara belakangnya cakram 245mm dikawal kaliper Brembo 2 piston serta ABS dari Bosch.
Riding Position dan Handling
Joknya punya tinggi 810 mm, membuat kaki tester yang punya postur 168 cm agak jinjit, tapi masih dalam tahap nyaman.
Ketika duduk, kedua paha tak terlalu membuka karena desain jok yang mengecil di bagian ujungnya.
Busa joknya juga empuk dan tebal, pokoknya bikin nyaman deh.
Lanjut ke bagian stangnya, meski pakai stang clip on tapi terbilang cukup tegak dibanding motor sport tulen.
Desainnya tinggi dan mendatar sehingga tangan, pundak, serta lengan nggak cepat pegal.
Meski tetap saja ergonomi pengendara agak menunduk, tidak tegak seperti sebuah sport-touring.
Berdasarkan data spesifikasi, ia punya bobot kering 183 kg dan bobot basah 210 kg, hmm cukup berat ya?
Tapi nyatanya handling tetap lincah banget Bro! Motor terasa nurut kemana pengendara ingin berbelok.
Salah satunya karena sudut rake terbilang sempit, hanya 24 derajat ditambah sudut belok setang lebar.
Sayang radius beloknya agak lebar, jadi cukup menyulitkan ketika dipakai di kemacetan atau ketika mau putar balik.
Performa
Mesin menggunakan generasi Testastretta bersilinder ganda 11 derajat pendingin cairan, bore 94mm dan stroke 67,5mm berkapasitas 937 cc.
Klaimnya memiliki tenaga 110 dk di 9.000 rpm, serta torsi maksimum 93 Nm di 6.500 rpm.
Pada mode Sport, entakannya mulai dari rpm rendah hingga limiter di sekitar 10.000 rpm.
Ducati mengklaim 80% torsi maksimumnya sudah tersedia sejak 3.000 rpm dan 90% di 5.000-9.000 rpm.
Pantas saja, di gigi 1 putar gas secara spontan tanpa hentak kopling, ban depan ngangkat terus!
Dengan catatan, setelan DTC saat itu sengaja kami matikan untuk merasakan sensasi maksimalnya.
Jika ingin santai bisa pakai mode Touring, dengan respon dari ride by wire-nya terasa agak lambat dan sedikit berjeda.
Berkendara saat hujan atau jalanan licin, sebaiknya pakai mode Urban, karena respon putaran gas sangat halus jadi lebih aman.
Knalpot alumunium dengan 2 lubang pembuangan ini dilengkapi katup dan suaranya masih tergolong sopan.
Ini nih bagian paling nggak enaknya, yakni panas mesin yang sangat menyiksa!
Panasnya paling terasa di bagian paha yang mengangkangi mesinnya.
Data Tes Akeslerasi :
0-60km/jam : 2 detik
0-80km/jam : 2,6 detik
0-100km/jam : 3,5 detik
0-100 meter : 5 detik (@130,5 km/jam)
0-201 meter : 7,4 detik (164,1 km/jam)
0-402 meter : 11,5 detik (168,2 km/jam)
Konsumsi bensin : 12,59 km/liter
Data Spesifikasi :
Mesin : Testatretta 11 derajat, L-Twin Cylinder, 4 valve per cylinder, Desmodromic, liquid cooled
Kapasitas : 937 cc
Bore x Stroke : 94mm x 67,5 mm
Perbandingan kompresi : 12,6 : 1
Tenaga maksimum : 110 dk/9.00 rpm
Torsi maksimum : 93 Nm/6.500 rpm
Sasis : Tubular Steel Trellis Frame attached to cylinder head
Suspensi depan : upside down Marzocchi 43mm, fully adjustable
Suspensi belakang : Progressive linkage with adjustable Sachs monoshock
Rem depan : 2 x 320 mm semi-floating discs, radially mounted Monobloc Brembo M4-32 calipers, 4-pistons, radial pump with ABS by Bosch
Rem belakang : 245 mm disc, 2 pistons caliper, ABS by Bosch
Bobot kering : 183 kg
Bobot basah : 210 kg
Tinggi jok : 810 mm
Jarak sumbu roda : 1.478 mm
Editor | : | Dimas Pradopo |
KOMENTAR