GridOto.com - Baru-baru ini terungkap bagaimana kondisi Ducati setelah ditinggal Valentino Rossi pada MotoGP 2012 silam.
Kondisi Ducati setelah ditinggal Valentino Rossi dibongkar oleh Andrea Dovizioso, yang ditunjuk mengisi kursi kosong yang ditinggalkan The Doctor.
Dalam dokumenter terbaru yang dibuat DAZN Spanyol berjudul 'La Vida En Rojo' tentang perjalanan Ducati di MotoGP, Dovizioso mengungkap sejumlah fakta yang tak banyak diketahui orang.
Dovizioso sendiri menjadi sosok yang tahu banyak hal saat itu, karena posisinya krusial di dalam lingkaran yang dibentuk Ducati, Yamaha dan Rossi.
Pada awalnya Yamaha berniat mempromosikan Dovi dari tim satelit Tech3 ke tim pabrikan, menggantikan Ben Spies sebagai rekan baru Jorge Lorenzo.
Ia sudah hampir bergabung dengan tim pabrikan Yamaha, namun semua gagal karena adanya sosok Rossi yang baru saja mengalami kegagalan di Ducati.
"Tujuanku adalah tim pabrikan Yamaha. Sudah ada kontak dan semua tampak berjalan sesuai rencana," kata Dovi.
"Tapi kemudian Valentino ingin kembali ke atas M1 dan itulah saat aku mulai berbicara dengan Ducti. Tidak ada ruang lagi bagiku saat itu di Yamaha dan pintu Ducati terbuka untukku," jelas pria asal Italia itu.
Saat bergabung dengan Ducati, Dovi pun sangat kaget dengan kondisi tim yang sekarang sedang mendominasi MotoGP tersebut.
Baca Juga: Manajer Buka Suara Soal Sikap Pedro Acosta, Merasa Dibohongi KTM?
"Saat aku datang, ada banyak kebingungan. Insinyur dan orang di Ducati itu berkualitas, tapi ada kekacauan dan tidak ada hierarki yang jelas," ungkap Dovizioso.
"Motornya bukan hanya tidak bekerja dengan bagus, tapi malah sama sekali tidak bekerja. Kami selalu tertinggal 40 detik setiap balapan, motornya tidak kompetitif dan kami tidak bisa bekerja dengan produktif," lanjut ayah satu anak ini.
Kemudian pada akhir 2013 barulah Gigi Dall'Igna datang dari Aprilia WorldSBK dan mengubah manajemen Ducati.
Sebelum mengarahkan pengembangan motor dengan benar, Dall'Igna sebagai General Manager membuat struktur organisasi yang sesuai terlebih dahulu.
Setelah itu barulah pelan-pelan Ducati mampu menampilkan motor yang kompetitif, menarik banyak nama pembalap dari Jorge Lorenzo hingga Marc Marquez seperti sekarang.
"Sosok pemimpin sangat dibutuhkan. Gigi Dall'Igna kemudian bisa membetulkan semua pekerjaan," sambung Dovi.
"Butuh bertahun-tahun tapi itu normal karena kami bertarung melawan pabrikan Jepang, yang saat itu sangat kuat dan punya pembalap kuat juga," jelasnya.
Dovi sebenarnya kecewa gagal menjadi juara MotoGP karena melawan Marc Marquez yang saat itu benar-benar sangat kuat bersama Honda.
Namun ia sudah cukup bersyukur bisa tampil kompetitif dan memainkan kejuaraan melawan pebalap sekelas Marquez.
"Tentu saja jadi runner-up selama tiga tahun beruntun di belakang Marquez dan Honda bukan target kami," sambungnya.
"Tapi aku tak bisa protes, masa-masa itu adalah masa yang indah," tegas pria yang kabarnya sedang dekat untuk menjadi pembalap tes Yamaha ini.