Yamaha Dikejar Deadline Sebelum MotoGP 2025, Pilih Mesin Inline 4 Atau V4?

Rezki Alif Pambudi - Rabu, 11 Desember 2024 | 21:30 WIB

Yamaha dikejar deadline pilihan di antara mesin inline 4 dan V4 (Rezki Alif Pambudi - )

GridOto.com - Yamaha harus segera menentukan mesin mana yang akan dipakainya untuk MotoGP 2025 mendatang.

Yamaha berada di antara dua pilihan, mempertahankan mesin inline 4 di Yamaha YZR-M1 ataukah beralih ke mesin V4 yang kabarnya sudah siap mengaspal dalam waktu dekat.

Pilihan ini akan menentukan bagaimana kiprah mereka di MotoGP, karena tidak ada jalan kembali untuk Yamaha jika salah satu mesin sudah dipilih.

Memilih mesin V4 pun juga bukan hanya sekadar memilih mesin, karena keseluruhan motor akan berbeda dari versi inline 4.

"Ketika kau memikirkan mesin V4, kau tak memikirkan mesinnya saja. Artinya kau membangun motor yang benar-benar berbeda," kata Max Bartolini, Direktur Teknis Yamaha, melansir Paddock-GP.

"Yakni sasis berbeda, distribusi berat berbeda, dan banyak part lain. Tapi itu pun kita belum tahu apakah bisa lebih kencang atau tidak. Jadi kami harus membangun semua dan memeriksanya sebelum kami memutuskan," jelas insinyur asal Italia ini.

Bartolini menegaskan bahwa tim garpu tala akan menentukan permasalahan ini dalam waktu dekat, karena juga masih punya masalah lain yakni mesin 850 cc untuk musim 2027 mendatang.

"Kami tak bisa melanjutkan beberapa proyek secara paralel. Butuh waktu dan usaha sangat banyak. Jadi kami harus memilih mana paket yang lebih kencang, entah mana itu pilihannya," tegas Bartolini.

Baca Juga: Bukti Kejeniusan Marc Marquez, Ducati dan Jorge Lorenzo Pernah Dikadalin

Bartolini mengungkap bahwa insinyur di Hamamatsu Jepang sangat berhati-hati dalam pemilihan mesin ini. 

Makanya hingga saat ini Yamaha belum menentukan mesin mana, karena banyak pertimbangan yang dipakai.

"Aku sudah ke Jepang delapan kali tahun ini. Setiap ke sana aku mendapat engalaman baru. Hal bagusnya adalah kita sama dalam tujuan akhirnya. Adaptasi dari dua sisi," ungkapnya.

"Orang Jepang berpikir 10 kali sebelum melakukan, kami orang Eropa melakukan 10 hal dengan berpikir sekali. Jika kita dapat mengkombinasikannya, maka kami akan menemukan perpaduan hebat," tegas Bartolini.