Cekcok Perampasan Mobil, Pemilik Tuduh Oknum Polisi Bekingi Debt Collector

Irsyaad W - Kamis, 18 Juli 2024 | 13:30 WIB

Rekaman video perampasan mobil warga Jombang oleh debt collector di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta (Irsyaad W - )

GridOto.com - Beredar video cekcok saat perampasan mobil oleh debt collector.

Dalam video juga ada anggota Polisi namun justru dituduh pemilik mobil jadi beking debt collector.

Disebutkan, insiden terjadi di Ngoto, Bangunharjo, Sewon, Bantul, DI Yogyakarta, (13/7/24).

"Mengaku dari anggota @polsek_sewon @poldajogja bukannya menengahi malah jadi beking debt collector," tulis narasi video.

Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widnyana membenarkan adanya perselisihan antara debt collector dan pengendara mobil.

Dia menegaskan, tidak ada bekingan yang dilakukan polisi terhadap peristiwa tersebut.

Jeffry berkata, peristiwa terjadi sekitar pukul 12.00 WIB, (13/7/24) .

Saat itu, anggota Piket Polsek Sewon menerima telepon warga masyarakat yang melaporkan tentang perselisihan antara debt collector dan pengendara mobil asal Jombang, Jawa Timur.

"Piket reskrim mendahului untuk mengecek TKP, dan setelah sampai di lokasi mendapatkan keterangan bahwa mobil sudah menunggak beberapa bulan, dan ada berita acara penyerahan dari debitur," kata Jeffry saat dihubungi melalui telepon,(17/7/24) menukil Kompas.com.

Namun, pengemudi mobil tersebut menolak untuk menyerahkan mobilnya.

Setelah mendapatkan keterangan tersebut, anggota Polsek Sewon menyarankan untuk melakukan mediasi di lokasi.

"Atas permasalahan tersebut dan disepakati pengendara menyerahkan unit mobil tersebut dan pihak debt collector memfasilitasi pengendara untuk pulang ke Jombang," kata Jeffry.

Jeffry mengatakan, pihaknya mengimbau warga untuk melapor ke polisi jika ada penagih utang melakukan tindakan melampaui batas dan melanggar hukum.

Dia mengatakan, ada tiga hal yang tidak boleh dilakukan oleh penagih utang, yakni menggunakan cara ancaman, melakukan tindakan kekerasan yang bersifat mempermalukan, dan memberikan tekanan baik secara fisik maupun verbal.

"Jika hal tersebut dilakukan, debt collector dapat dikenakan sanksi pidana. Sementara pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) yang menggunakan jasa debt collector tersebut dikenakan sanksi administratif oleh OJK," kata dia.

Jeffry mengatakan, konsumen berhak melihat kartu identitas, sertifikat profesi di bidang penagihan dari Lembaga Sertifikasi Profesi di bidang pembiayaan yang terdaftar di OJK, surat tugas dari perusahaan pembiayaan, bukti dokumen debitur wanprestasi, dan salinan sertifikat jaminan fidusia dari debt collector.

Hal tersebut mengacu pada POJK Nomor 35/POJK.05/2018 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan.

Sesuai dengan keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), hanya pengadilan negeri (PN) yang bisa melakukan penegakan UU Fidusia berupa penarikan kendaraan yang kreditnya macet.

Hal itu apabila terjadi wanprestasi pembayaran.

"Konsumen untuk taat terhadap isi kontrak dan menghindari wanprestasi atau lalai memenuhi janji, guna terhindar dari debt collector. Konsumen harus bijak, berkomitmen, dan bertanggung jawab," kata dia.

Baca Juga: Viral Anggota TNI Usir Debt Collector di Depok, Simak Beda DC Asli dan Gadungan