GridOto.com - Mabes Polri berhasil mengungkap lima para pelaku Pertalite jadi Pertamax oplosan di Jakarta, Kamis (27/3/2024).
Kelima orang itu masing-masing adalah RHS (49) selaku pengelola SPBU, AP (37) dan DM (41) selaku manajer SPBU, serta RY (24) dan RH (26) selaku pengawas SPBU.
Pengungkapan kasus ini bermula dari penangkapan dua tersangka yakni RHS dan saudara AP selaku pengelola dan manajer dari SPBU yang ada di Kecamatan Karang Tengah, Kota Tangerang, dan SPBU di Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, Banten pada 7 Maret 2024.
Polisi melakukan pengembangan dan menindak SPBU yang ada di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, serta SPBU yang ada di Cimanggis, Kota Depok pada 25 Maret.
Dari pengakuan para tersangka, Direktur Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri, Brigjen Nunung Syarifudin beberkan cara mereka belajar mengoplos BBM Pertalite menjadi Pertamax oplosan.
"Jadi mengacu keterangan tersangka tetapi berdasarkan beberapa kejadian di wilayah lain (Sumatera Selatan) memang di Tahun 2017 pernah terjadi percampuran BBM tapi bukan di SPBU, dia melakukan campurannya melalui minyak-minyak mentah kemudian di edarkan," kata Nunung di Mabes Polri, Kamis (27/3/2024).
"Nah belajar dari kejadian tersebut mereka langsung mengaplikasikan di SPBU, saat ini kasus ini bukan kali ini diungkap sebelumnya juga sudah pernah, tapi memang dari hasil itulah kami kembangkan sehingga kami peroleh dan tindak 4 SPBU," tambahnya.
Lalu, apakah ada dampak pada mesin kendaraan jika bensin jenis Pertalite dicampur dengan Pertamax?
Baca Juga: Hampir 2 tahun Pertamax Dioplos di SPBU 34, Pertamina Kemana Aje
Penjelasan ahli
Dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Jayan Sentanuhady mengatakan bahwa tidak ada masalah jika Pertalite dan Pertamax dicampur dalam tanki motor.
"Ya kalau dicampur 50-50, kira-kira kualitas dan angka oktan, dan juga aditif lain akan bernilai di antara Pertalite dan Pertamax," ujar Jayan.
Jayan mengatakan, pencampuran dua jenis bensin tersebut tidak ada pengaruhnya dengan mesin kendaraan atau mesin motor yang digunakan saat ini.
Sebab, motor saat ini sudah modern dan biasanya menggunakan mesin-mesin yang adaptif terhadap bahan bakar.
Misalnya, angka oktan berubah pun (dalam range tertentu) mesin motor masih bisa mengakomodir.
"Tidak akan ada masalah karena mesin-mesin modern biasanya suda mesin-mesin yang adaptif terhadap bahan bakar," ujar Jayan.