GridOto.com - Tak selamanya biaya atau ongkos untuk menjalankan sebuah tim MotoGP lebih mahal dari Moto2, terkadang justru sebaliknya.
Informasi tersebut sempat diungkap oleh Sito Pons, juara dunia kelas 250 cc dua kali sekaligus pendiri tim Pons Racing yang telah malang melintang di Grand Prix.
Tentunya kasus tersebut dikecualikan untuk tim pabrikan MotoGP, yang jelas membutuhkan biaya operasional yang luar biasa banyaknya.
Hal itu hanya terjadi untuk tim satelit, khususnya di era modern MotoGP seperti yang terjadi dalam beberapa musim terakhir.
"Untuk menjalankan (tim MotoGP) secara benar, kau butuh 10 juta euro pertahun, namun akhirnya perbedaan antara MotoGP dengan Moto2 tidak besar," ungkap Pons dilansir GridOto.com dari Speedweek.
Nilai tersebut sama dengan Rp 17 miliar, berdasarkan kurs 1 euro senilai Rp 17.074 per 11 Januari 2024.
Untungnya tim satelit kelas premier mendapat dukungan besar dari Dorna, dengan adanya subsidi untuk menjalankan timnya, yang nilainya bisa mencapai 70 persen dari anggaran tim.
"Dorna membayar setiap tim privat 7 juta euro (Rp 120 miliar) pertahunnya. Kau bisa menjalankan sebuah tim dengan bagus jika memakai dana 10 juta euro," sambungnya.
Jadi rata-rata tim satelit MotoGP hanya tinggal mencari sisa 3 juta euro (Rp 51 miliar) untuk menutup anggaran tahunannya, tentunya melalui sponsorship.
Baca Juga: Debut di MotoGP 2024, Pedro Acosta Bingung Pencet Tombol di Motor MotoGP
Ditambah lagi saat ini tim satelit MotoGP bukan menjadi sekadar tim konsumen, yang menyewa motor dari pabrikan untuk bisa balapan.
Mereka sudah menjelma menjadi seperti mitra sangat penting bagi pabrikan, agar mereka bisa sukses bersaing di MotoGP.
"Beberapa pabrikan memasok motor untuk tim customer terbaik secara gratis, bahkan mereka membayar juga gaji pembalap serta teknisi di tim," ungkap pria pemilik gelar juara dunia kelas 250 cc ini.
"Jadi bisa dikatakan tim MotoGP tidak lebih mahal dari tim Moto2 dengan dua pembalapnya, yang juga membutuhkan dana sekitar 2,5 juta euro sampai 3 juta euro. Karena di kelas MotoGP, tim mendapat dukungan finansial lebih dari Dorna," jelasnya.
Contoh tim satelit yang seperti ini adalah Pramac Racing, yang pembalapnya serta sebagian krunya digaji langsung oleh Ducati.
Selain itu kasus serupa juga terjadi di tim Gasgas Tech3, yang merupakan tim kedua dari pabrikan KTM.
Sedangkan Moto2 dan Moto3, kebanyakan timnya tidak mendapat support yang cukup dari pabrikan, sehingga mereka harus mencari pendanaan secara mandiri.
Terkecuali untuk beberapa tim yang memang menjadi mitra atau yang menjalankan program langsung dari pabrikan.
Misalnya saja tim Ajo Motorsport dan Tech3, yang menjalankan proyek KTM di Moto2 maupun Moto3.
Atau mungkin Honda Team Asia, yang tentunya tidak mengalami masalah finansial karena didukung penuh oleh Honda.