GridOto.com - Memasang pipa knalpot pada mesin mobil yang sudah dimodifikasi memang tidak boleh asal pasang, begini yang seharusnya dilakukan.
Tentu pipa yang dipakai pada sebuah exhaust system dibuat dengan memperhitungkan banyak faktor, baik tenaga mesin, debit air flow, dan sebagainya supaya menghasilkan output tertentu.
Pada mesin naturally aspirated (N/A) yang sudah dimodifikasi, power rating menjadi patokan dasar untuk memilih diameter pipa yang paling tepat agar hasilnya optimal.
"Kalau bensin kita hitungnya inlet center pipe, kita hitung dari power rating," buka Odi Rachmat, bos ORD Exhaust.
Baca Juga: Bukan Sekadar Nempel, O2 Sensor di Knalpot Mobil Fungsinya Penting Lho
Power raitng dalam kamus otomotif bisa diartikan sebagai tingkat output tenaga optimnum yang mampu diproduksi sebuah mesin kendaraan, dalam hal ini mobil.
Jika merujuk pada pernyataan Odi, itu berarti diameter pipa knalpot ukurannya menyesuaikan dengan power rating.
"Seperti yang kita ketahui, pada dunia modifikasi, termasuk mesin, telah diklasifikasikan setidaknya dalam 3 tingkatan (stage)," jelas Andre Mulyadi, bos Signal Custom Bandung sekaligus founder NMAA.
Tingkatan tersebut juga mengacu pada besar atau kecilnya tanaga yang diproduksi oleh mesin N/A (bensin).
"Nah, untuk 200 dk ke bawah kita masih bisa pakai 2 inci," jelas Odi singkat.
Baca Juga: Ganti Part Ini Bikin Daihatsu Sigra Makin Sigap Libas Tanjakan Curam
Pada tingkat selanjutnya pun disesuaikan kembali, "Terus buat power 200-275 dk supaya flow-nya efisien, kita pakai 2,5 inci," sambungnya menukas.
Ukuran pipa berdiameter 2,5 inci ini sebetulnya sudah terbilang cukup besar untuk mesin N/A.
Dan jika tenaga yang diproduksi sebuah mesin lebih besar dari itu sudah tentu diamter pipanya lebih besar lagi.
"Nah 275 dk sampai 300 dk lebih kita pakai pipa 3 inci. Itu gunanya buat ngejar air flow," pungkas Odi.