GridOto.com - Banyak pro dan kontra yang mengiringi perjalanan MotoGP India 2023 di Buddh International Circuit akhir pekan ini.
Sejak pengumumannya beberapa bulan lalu, banyak kekhawatiran dan masalah yang timbul menjelang MotoGP India 2023.
Pertama adalah soal kondisi lintasan Sirkuit Buddh yang dianggap berbahaya, bahkan hingga sekarang masih menimbulkan kekhawatiran ke sebagian pembalap.
Selanjutnya adalah soal birokrasi MotoGP India 2023 yang sangat rumit, dan berbeda jauh dari balapan lainnya di kalender.
Pihak berwenang di sana sempat meminta dokumen kontrak seluruh pembalap dan kru, berikut dengan nilai gaji yang diterima.
Kabarnya hal itu dilakukan untuk bisa mengambil 20 persen gaji tahunan pembalap, agar bisa dikenakan pajak di sana.
Dorna Sports pun menolak keras permintaan tersebut dengan alasan privasi, demi melindungi para pembalap dan kru yang bekerja.
Kasus terbaru adalah permasalahan Visa, yang membuat dua ribu orang termasuk Marc Marquez gagal terbang ke India.
Agensi lokal yang dipilih untuk mengurus Visa, gagal melakukan tugasnya dengan sempurna.
Baca Juga: Update Bursa Pembalap MotoGP 2024, Semua Tergantung Marc Marquez dan Pedro Acosta
Banyak Visa pembalap dan kru yang belum terbit, sehingga penerbangan yang dijadwalkan sejak hari Selasa (19/9) kemarin batal.
Sebagian kru dan pembalap pun tertahan di bandara, ada juga yang memilih kembali ke rumah, sambil menunggu kepastian Visa tersebut.
Masalah logistik juga menimbulkan kekhawatiran, saat pengangkutan barang-barang MotoGP menggunakan truk bak terbuka yang bisa merusak kondisi logistik yang dibawa.
Padahal barang-barang yang dipakai MotoGP harganya sangat mahal dan sangat rentan rusak jika tidak diperlakukan dengan baik.
Lalu banyak orang yang menyebut MotoGP India sebagai event paling mahal yang pernah mereka jalani.
Dari mulai hotel, sewa mobil dan motor, beberapa layanan akomodasi lain yang harganya jauh di atas seri-seri lain.
"Ini adalah salah satu balapan termahal. Harga hotelnya sangat tinggi," kata Peter Ottl, bos Liqui Moly Husqvarna Moto3, dilansir GridOto.com dari Speedweek.
Selain itu tim juga sulit menemukan makanan yang cocok untuk mereka, ditambah kekhawatiran soal malasalah kebersihan makanan.
"India adalah GP sangat mahal bagi kami. Penerbangan, hotel, visa, layanan antar jemput mahal. Selain itu penyedia makanan dan minuman dasar tidak mudah diterapkan untuk tim," kata Florian Prusten, bos tim PrustelGP.
Baca Juga: Uccio Ogah Lagi Perpanjang Kontrak Marco Bezzecchi Usai MotoGP 2024 Berakhir, Kok Gitu?
Selain itu juga ada kekhawatiran soal wabah virus Nipah, yang dapat menyebabkan radang otak berbahaya.
Bahkan beberapa wilayah di India sudah di-lockdown akibat wabah Nipah ini.
Meski khawatir, pembalap bisa sedikit tenang karena kejadian itu berada jauh dari lingkungan Sirkuit Buddh.
Perlu diketahui, balapan F1 dulunya memilih cabut dari India gara-gara permasalahan-permasalahan yang tak biasa tersebut.