GridOto.com - Nilai O2 atau oksigen dalam uji emisi motor tinggi, bagus atau jelek? Simak penjelasan ahli berikut ini.
Nilai kandungan oksigen atau O2 ternyata bisa mempengaruhi hasil uji emisi.
Saat ini uji emisi yang diniilai adalah kandungan hidrokarbon (HC) dan karbon monoksida (CO) dari sisa gas buang.
"Di udara itu mengandung oksigen, 70 % adalah nitrogen dan sisanya oksigen," ucap Dr. Eng. Ir. Iman K. Reksowardojo M.Eng, Pakar Motor Bakar, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), Institut Teknologi Bandung (ITB) kepada GridOto.
Baca Juga: Ditjen Hubdat Pinjamkan Alat Pemeriksaan Uji Emisi, 5 Lokasi Ini Bisa Didatangi Gratis
Pada proses pembakaran di mesin motor, bahan bakar membutuhkan oksigen supaya bisa terbakar sempurna.
Sehingga dalam emisi gas buang, senyawa Hhidrokarbon (HC) berkaitan dengan oksigen atau O2.
"Kalau jumlah oksigen atau O2 banyak ditemukan di gas buang, berarti oksigen tidak bereaksi dengan bahan bakar," jelas Prof Iman.
"Nah, kalau kadar oksigen-nya atau 02 banyak kemudian nilai hidrokarbon (HC) juga banyak berarti bahan bakar tidak terbakar dengan baik," tambahnya.
Baca Juga: Beda Hasil Uji Emisi Toyota Avanza 2011 Sebelum dan Sesudah Treatment
Lanjut Prof Iman menjelaskan bahwa nilai oksigen atau O2 dengan hidrokarbon (HC) haruslah seimbang.
"Prinsipnya itu balance massa saja, atau seimbang," kata Prof Iman.
"Yang membakar itu perlu oksigen, kalau oksigen dan hidrokarbom (HC) masih banyak berarti ia tidak terbakar dengan baik," tambahnya.
Ada beberapa penyebabnya, salah satunya bisa dari bahan bakar.
"Penyebabnya macam-macam, bisa dari bahan bakarnya (jelek), bisa juga waktu pembakarannya (tidak tepat). Kondisinya enggak sama atau lebih jelek pembakarannya," tutupnya.
Baca Juga: Tidak Dipungut Biaya, Auto2000 Sebut Sudah Layani Ribuan Unit Mobil Per Hari untuk Uji Emisi