GridOto.com - Pemerintah berencana melakukan tilang emisi untuk menekan polusi di Jakarta.
Ganti oli mesin secara berkala bisa jaga emisi gas buang mobil tetap rendah.
Perawatan mobil dengan ganti oli mesin secara berkala menjadi tindakan preventif dalam menjaga emisi gas buang yang dihasilkan tetap rendah.
Ferinto, Service Instructor bengkel resmi Honda Pondok Indah, Jakarta Selatan meyakini jika digantinya oli mesin mobil sesuai pedoman servis berkala maka emisi gas buang yang dihasilkan bisa lebih rendah ketimbang mobil yang sering telat atau jarang ganti oli mesin.
"Oli mesin yang rutin diganti menjaga pelumasan komponen tetap baik," tegas Ferinto.
Baca Juga: Tilang Emisi Akan Diterapkan Pada 1 September, Ini Sanksinya
Pelumasan komponen yang baik membuat gerak komponen mesin lebih lancar lancar dan bisa menjaga proses pembakaran tetap ideal.
Sehingga emisi gas buang yang dihasilkan bisa tetap sesuai dengan spesifikasi dari mesin mobil dari awal.
Lain halnya jika oli mesin kerap jarang atau tidak diganti secara berkala.
"Oli mesin mengalami penurunan kualitas salah satunya fungsi pelumasan," ujar Ferinto.
"Fungsi pelumasan yang menurun meningkatkan friksi komponen yang mengakibatkanbeban kerja mesin lebih berat, butuh proses pembakaran yang lebih besar," jelasnya.
Inilah yang membuat emisi gas buang mobil jadi lebih tinggi karena meningkatnya beban kerja mesin.
Hariadi, Asst. to Service Dept. Head PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) juga membenarkan jika beban kerja mesin yang lebih ringan menghasilkan emisi gas buang yang lebih rendah.
Baca Juga: Ternyata Ini Sebab Oli Mesin Mobil Juga Harus Ganti Dalam Batas Waktu
"Jika gerak komponen mekanikal mesin bergerak lancar, pengabutan bahan bakar untuk proses pembakaran tidak perlu banyak untuk menghasilkan tenaga," terang Hariadi.
Sebaliknya, beban kerja mesin yang mengalami hambatan akibat gesekan tinggi dari pelumasan yang berkurang membuat pembakaran mesin butuh tenaga lebih.
Untuk mendapat tenaga lebih besar otomatis pengabutan bahan bakar yang dibutuhkan lebih banyak.
"Untuk mencapai energi yang setara pembakaran yang dihasilkan lebih banyak, emisi gas buangnya jadi lebih tinggi," simpul Hariadi.