GridOto.com - Transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) mobil perlu ganti oli transmisi tepat waktu secara berkala.
Bisa berakibat fatal jika oli transmisi CVT mobil sering telat ganti.
Sebab oli transmisi CVT mobil yang kerap telat diganti berisiko mengalami kerusakan.
Sugito, pemilik bengkel spesialis Honda Camp, Matraman, Jakarta Timur menyarankan oli transmisi CVT mobil diganti setiap 20.000 km.
"Maksimal setiap 40.000 km ganti, interval 20.000 km kontrol kualitas oli," sarannya.
Baca Juga: Ganti Transmisi Matik CVT Honda HR-V Ex Singapore, Segini Harganya
Sugito menjabarkan sejumlah masalah yang bisa terjadi jika oli transmisi telat ganti.
Pertama gejala delay atau nyangkut.
"Mobil digas lajunya tidak respon seperti ada yang ketahan," sebut Sugito.
Menurutnya penyebab berasal dari tekanan hidrolis yang melemah akibat penurunan kualitas oli transmisi.
Tekanan hidrolis ini mengatur bukaan puli yang telat mengikuti perintah modul transmisi untuk membentuk diameter belt yang menjadi rasio gigi.
"Kondisi ini juga berisiko terjadi gesekan berlebih pada puli dan belt," ungkap Sugito.
Ia menerangkan antara permukaan puli dan belt bisa mengalami gesekan berlebih karena pergerakannya yang tidak sinkron.
Baca Juga: Ternyata Cukup Mudah Melakukan Perawatan Transmisi CVT Mobil
Karena tekanan hidrolis dan pelumasan oli transmisi yang sudah tidak bagus membuat putaran puli tidak sebagaimana mestinya.
Hermas Efendi Prabowo, pemilik bengkel spesilais Worner Matic, Bintaro, Tangerang Selatan mengatakan keterlambatan penggantian oli transmisi CVT membuat girboks rentan overheat.
"Selain untuk tekanan hidrolis dan pelumasan oli transmisi CVT juga berperan meredam temperatur tinggi dari penumpukan torsi," jelas Hermas.
Ia menilai oli transmisi yang telat diganti mengalami perubahan viskositas terhadap ketahanan temperatur.
"Saat diberi beban penumpukan torsi yang dihasilkan cepat membuat panas oli transmisi dan girboks," jelasnya lagi.