GridOto.com - Berbagai ruas jalan tol di Indonesia umumnya memiliki dua jenis perkerasan yakni aspal dan beton.
Kedua tipe permukaan jalan tol ini memiliki karakter yang berbeda, misalnya aspal bersifat lentur dan beton yang terasa rigid.
Karena itu, pengemudi merasakan sensasi yang berbeda ketika melibas jalan tol yang permukaannya dari aspal maupun betol.
Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa ya permukaan jalan tol ada yang memakai aspal dan beton?
Menurut Ex Corporate Communication & Community Development Group Head PT Jasa Marga (Persero), Dwimawan Heru, ada sejumlah faktor yang menentukan tipe permukaan jalan tol dan salah satunya kondisi lalu lintas.
"Penentuan jenis permukaan rigid (beton) atau fleksibel (aspal) dalam konstruksi jalan tol, didasarkan pada perencanaan atas beban lalu lintas (Traffic) yang akan dilayani oleh suatu jalan tol selama usia layanannya," ujar pria yang akrab disapa Heru ini saat dihubungi GridOto beberapa waktu silam.
Heru mengatakan, kondisi tanah di area jalan tol juga ikut menjadi alasan mengapa permukaan jalan tol ada yang terbuat dari aspal maupun beton.
"Penentuan material berdasarkan dari kondisi tanah di sekitar daerah jalan tol yang dibangun. Jika traffic yang dilayani tinggi, maka direkomendasikan menggunakan tipe perkerasan beton," katanya.
Perlu diketahui, aspal dan beton masing-masing memiliki plus minus dari berbagai sisi semisal jalan beton kelebihannya mampu menahan beban dari kendaraan bermuatan berat, lebih tahan banjir atau genangan air.
Baca Juga: Sering Bolak-Balik Melintas, Ternyata Ini Kepanjangan Nama Jalan Tol
Kelebihan jalan beton lainnya yaitu dapat digunakan di struktur tanah apapun, tanpa harus memperbaiki strukturnya di awal pembangunan dan memiliki periode perawatan yang lebih lama dibanding aspal.
Namun, kekurangan material ini adalah warnanya cenderung monoton sehingga membuat nuansa jalan tampak gersang.
Selain itu, jalan dengan permukaan beton memiliki biaya pemeliharaan yang cenderung mahal dan membutuhkan waktu lama saat perbaikan.