GridOto.com- Bisnis oli atau minyak pelumas di Indonesia memang manis.
Hal ini seiring berkembang seiring pasar otomotif dan moda transportasi yang terus tumbuh.
Tak heran, selain pemain nasional yang tergabung dalam Asosiasi Pelumas Indonesia (Aspelindo), pemain asing pun terus berdatangan dan peta persaingan pun terus berubah.
Data Aspelindo menyebutkan dalam setahun kebutuhan pasar nasional sebanyak 1,1 juta kiloliter.
Sigit Pranowo, Ketua Umum Aspelindo mengatakan sekitar 80 persen kebutuhan itu dipasok anggota Aspelindo.
Dari total kebutuhan pelumas nasional, sebanyak 55 persen diperuntukkan bagi industri, sisanya untuk otomotif.
Dengan perbandingan tersebut, kebutuhan pelumas otomotif nasional berada di angka 495 ribu kiloliter.
Saat ini, Aspelindo beranggotakan sebanyak 20 produsen.
"Seluruh anggota memproduksi pelumas di dalam negeri," jelas Sigit yang juga menjabat sebagai Direktur Operasional PT Pertamina Lubricants.
Sebagai contoh, sebagai salah satu anggota Aspelindo, PT Pertamina Lubricants (PTPL) merupakan pelumas yang menjadi penguasa produksi pasar nasional.
PTPL mengusai lebih dari setengah kebutuhan pelumas nasional, meski dengan persaingan yang ketat market sharenya sudah digoyang.
Persaingan pelumas nasional makin ketat seiring liberalisasi minyak pelumas yang sudah dimulai sejak 14 Februari 2001.
Surat Keputusan Presiden No. 21/2001 tentang Penyediaan dan Pelayanan Pelumas yang membolehkan pemain luar negeri untuk masuk dan memasarkan pelumas di dalam pasar domestik.
Pada tahun 2022 misalnya, masih sebagai market leader dengan menguasai pasar nasional 34 persen.
Sigit Pranowo yang menyebutkan pasar oli nasional masih terus berkembang seiring dengan makin meningkatnya produksi kendaraan.
Meski saat ini, industri otomotif 'diserang' kehadiran kendaraan listrik yang minim penggunaan pelumas, namun ke depannya ia yakin industri pelumas masih terus bergerak.
"Masih sangat optimis, karena industri serta otomotif juga terus bergerak dan ini membutuhkan pelumas," tutupnya.