GridOto - Masalah kemacetan sudah jadi budaya sehari-hari warga Jakarta dan banyak dikeluhkan warganya.
Hanya pandemi Covid-19 yang bisa membuat jalan-jalan ibukota ini lenggang dan bebas polusi.
Namun pasca pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) jalanan Jakarta kembali dipenuhi kendaraan pejuang Rupiah yang kembali beraktifitas.
Bahkan berdasarkan data Tomtom Traffic Index menyebutkan kemacetan Jakarta sempat lebih buruk dibanding 2019 sebelum pandemi datang.
Berbagai cara dilakukan agar mampu mengurangi kepadatan di jalan raya. Mulai dari penerapan ganjil genap, memperbaiki transportasi umum hingga akan dilakukannya penerapan jalan berbayar atau ERP (electronic road pricing).
"Fenomena kemacetan di Kota Jakarta yang makin parah akhir-akhir ini. Penyebab yang mendasar adalah pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan panjang jalan, kurangnya disiplin berlalu lintas dan faktor insedentil adanya pembangunan beberapa proyek yang sedang berjalan," kata Budiyanto, pemerhati transportasi.
Nah, disebutkan penyebab paling mendasar adalah jumlah pertumbuhan kendaraan bermotor yang tinggi dibanding ruas jalan yang tersedia.
Berdasarkan data Ditlantas Polda Metro Jaya, pada tahun 2021 jumlah mobil yang beredar di Jakarta ada 4.111.231 unit, sedangkan sepeda motor di angka 16.519.197 unit. Belum termasuk bus dan truk.
Efek dari banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang beredar ini tidak hanya menyebabkan kemacetan di jalan raya saja. Tetapi juga terjadi penyumbatan di jalan-jalan kecil di perumahan dan perkampungan Jakarta.