GridOto.com - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menyoroti permasalahan kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota-kota besar di Tanah Air.
Adapun salah satu permasalahan kemacetan lalu lintas yang diakibatkan oleh jumlah kendaraan pribadi lebih tinggi dibanding transportasi umum.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI, Djoko Setijowarno, mengatakan kerugian akibat kemacetan di Jabodetabek sendiri mencapai Rp 71,4 triliun per tahun.
"Dampak sekarang, kerugian ekonomi kemacetan di Jabodetabek sebesar Rp 71,4 triliun per tahun akibat pemborosan bahan bakar dan waktu hilang," ujar Djoko dalam keterangan tertulisnya yang dikutip GridOto.com, Rabu (08/02/2023).
Lanjut menurutnya, akibat terjadi kemacetan juga menyebabkan pemborosan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 2,2 juta liter per hari.
Djoko berpandangan jika masyarakat semakin bergantung pada kendaraan pribadi dan terus dibiarkan, maka transportsi umum akan ditinggalkan.
Dan ini sudah banyak terjadi dibeberapa kota-kota di Indonesia sudah tidak memiliki transportasi umum yang memadai.
Oleh karena itu, ia mendorong Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meningkatkan daya saing angkutan perkotaan.
"Perlu dukungan Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan. Pemberian subsidi pembelian layanan buy the service di Direktorat Jenderal Perhubungan Darat," ungkap Djoko.
Menurutnya dengan skema buy the service manajemen transportasi tidak menggunakan sistem setoran atau pengemudi mendapat gaji bulanan, sementara operator hanya berkonsentrasi pada layanan.
Djoko mencontohkan kota yang berhasil menerapkan skema tersebut salah satunya Solo dengan Batik Solo Trans mulai beroperasi Juli 2020.
Balik Solo Trans memiliki 6 koridor sepanjang 227,5 km dengan 54 titik integrasi termasuk angkutan feeder mengoperasikan 116 unit bus sedang dan besar, serta peralihan pengguna motor sebesar 77 persen.
Selain itu, ada Trans Musi Jaya di Palembang yang mulai beroperasi 2 Juni 2020 memiliki 4 koridor sepanjang 127,2 km dengan 11 titik integrasi mengoperasikan 194 unit bus sedang dan besar, peralihan pengguna motor 60 persen.