Banyak Masalah Selama Bertahun-tahun, Sudah Waktunya Motor Moto3 Ganti Spesifikasi?

Rezki Alif Pambudi - Sabtu, 3 Desember 2022 | 14:30 WIB

Kejuaraan dunia Moto3 perlu banyak pembenahan (Rezki Alif Pambudi - )

GridOto.com - Dari seluruh kategori di Grand Prix, kejuaraan dunia Moto3 menjadi kelas dengan masalah kompetisi paling banyak dan kompleks.

Salah satu yang paling disorot adalah soal keselamatan, yang mana kelas Moto3 menjadi kategori paling berbahaya dibanding MotoGP, Moto2 ataupun MotoE.

Angka kecelakaan cukup tinggi dan tak jarang pembalap mengalami cedera parah hingga kasus meninggal dunia, dan hal yang sama terjadi juga di kejuaraan supersport, WorldSSP300.

Dengan selisih yang sangat dekat saat balapan, satu crash yang dialami satu pembalap saja bisa berbuah fatal bagi banyak pembalap.

Para pembalap pun juga kurang dewasa dan sering melakukan manuver berbahaya, apalagi jika hubungannya dengan slipstream.

Semua itu menjadi catatan buruk Dorna Sports dan FIM, yang sebenarnya juga sudah menerapkan beberapa kiat untuk mengatasi permasalahan ini.

Misalnya saja adalah soal pembatasan usia minimal pembalap, serta menerima desakan untuk membatasi jumlah peserta balapan.

Legenda MotoGP, Dani Pedrosa, sepakat menilai Moto3 sangat berbahaya dan perlu ada pembenahan besar.

"Aku sudah memikirkannya. Kupikir salah satu masalah di kelas kecil ini adalah semua pembalap balapan dengan jarak yang sangat dekat di sebuah rombongan yang padat," kata Pedrosa dilansir GridOto.co dari Speedweek.

Baca Juga: Setelah Satu Dekade, Launching Ducati Desmosedici GP23 MotoGP 2023 Dilakukan di Gunung Salju Lagi

"Jelas terlihat ketika kau menonton mereka balapan. Aku belum mengendarai motor Moto3, tapi perbedaan kekuatan tiap motornya sangat kecil. Semua pembalap berada di puncak batasnya, dan ketika ada yang jatuh bisa menimbulkan efek berantai, jarang ada satu pembalap saja yang jatuh," jelasnya.

Pedrosa juga punya ide untuk mengubah spesifikasi motor di kejuaraan Moto3 untuk menciptakan kompetisi yang lebih aman.

Menurut Pedrosa, sudah waktunya Moto3 melakukan evolusi dengan memakai spesifikasi motor yang berbeda.

Motor yang lebih besar memungkinkan tiap motor punya gap lebih lebar dan peluang curi-curi slipstream akan berkurang.

"Jika kekuatannya lebih besar, ini bisa jadi solusi, apalagi Moto2 sudah naik ke 765 cc. Jadi jarak dari Moto3 yang hanya memakai 250 cc sangat jauh," sambung Pedrosa.

Motor Moto3 satu silinder 250 cc yang sekarang hanya cocok dipakai untuk kelas junior di bawah Moto3 saja.

Seperti Spanish Championship, JuniorGP, Asia Talent Cup, Red Bull Rookies Cup atau Italian Championship CIV.

Apalagi saat ini pembalap Moto3 diharuskan sudah berusia 18 tahun saat memulai debutnya, di usia ini tentu saja ukuran tubuh mereka sudah tak cocok dengan motor Moto3 yang bodinya sangat kecil.

Misalnya saja masalah yang dialami pembalap Indonesia, Mario Aji, yang mana motor Moto3 sudah terlalu kecil untuknya.

Baca Juga: Mandalika Track Walk Kembali Dibuka, Masyarakat Bebas Ngegas di Sirkuit MotoGP, Segini Tiketnya

"Pembalap yang sudah masuk kejuaraan dunia GP, mereka seharusnya langsung ganti memakai motor baru dengan mesin 400 cc atau 500 cc," sambungnya.

Perubahan dari motor kecil di kelas junior dengan motor yang lebih besar di kelas Moto3 akan menjadi tantangan tersendiri buat pembalap rookie.

Selain itu pembalap juga takkan jauh beradaptasi saat promosi ke kelas di atasnya yakni Moto2 ataupun MotoGP.

Pendapat Pedrosa didukung oleh Luca Boscoscuro, bos pabrikan sasis Boscoscuro yang berkompetisi di Moto2.

"Di usia 18, mereka sudah terlalu berat dan tak lagi kompetitif dengan motor itu. Itulah kenapa mereka harus cepat naik ke Moto2," kata Boscoscuro.

"Kita punya 765 cc di Moto2 dan 1.000 cc di MotoGP. Jadi kusarankan Moto3 ganti ke 400 cc atau 500 cc. Kita butuh mesin seperti Aprilia SXV 550 cc Supermoto dengan tenaga 70 dk," tegasnya.