GridOto.com - Jelang World Superbike Mandalika 2022 akhir pekan ini, ada bahasan menarik dan syarat kontroversi soal bobot gabungan pembalap dan motor.
Sebenarnya masalah berat gabungan pembalap dan motor, bukan menjadi pembahasan yang baru jelang World Superbike Mandalika 2022.
Permasalahan tersebut sudah jauh dibahas sebelum adanya balapan di Sirkuit Mandalika, baik di grid World Superbike ataupun kelas premier MotoGP.
Hanya saja, permasalahan ini kembali panas lantaran pembalap tim BMW Motorrad, Scott Redding, kembali mengangkatnya sejak balapan terakhir di San Juan, Argentina dua pekan lalu.
Masalah berat gabungan ini, Redding meminta FIM mempertimbangkan kembali soal adanya berat gabungan di World Superbike musim depan.
Dalam usulan soal berat gabungan, nantinya akan ada aturan soal berat minimum gabungan antara pembalap dan motor, ataupun diatur dalam rentang nilai tertentu.
Menurutnya tidak fair memperlombakan sesuatu yang sudah berbeda dari awal, maksudnya soal tinggi dan berat tubuh.
Karena sulit meminta pembalap kecil untuk memperbesar tubuh ataupun sebaliknya, makanya aturan berat gabungan bisa dibuat dengan memperbesar berat motor bagi yang beratnya kurang.
Dengan berat gabungan yang diatur nilai rentangnya ataupun nilai minimalnya, mantan pembalap MotoGP tersebut menilai akan ada kompetisi yang lebih fair.
Baca Juga: Jonathan Rea Santap Nasi Padang Jelang World Superbike Mandalika 2022, Semua Menu Dipesan
"Ya atau tidak, haruskah ada berat minimum pembalap di 2023? WorldSBK sudah bekerja dengan bagus dan membuat balapan terbaik di dunia, tapi kenapa tidak ada batas minimal soal berat pembalap?," tulis Redding dalam unggahan Instagram-nya.
"Aku bisa bilang secara fair pada subyek ini karena aku bukan petarung gelar tahun ini, mereka lainnya tak berani bilang karena takut akan diserang fans dan buzzer," jelasnya.
Intinya, Redding merasa keberatan jika pembalap bertubuh kecil dan ringan diuntungkan banyak dalam balapan.
Dalam hal ini Alvaro Bautista yang bisa sangat kencang, bahkan terlalu over power bersama Ducati Panigale V4 R musim ini.
"Jika kau lihat kau bisa mengetahui keuntungan yang pembalap bertubuh kecil dapatkan di trek lurus, bisa 0,2 sampai 0,4 detik, mungkin ada yang bilang itu tak banyak tapi dengan gap 1 detik di antara 10 pembalap, maka angka 0,2 ini akan sangat menguntungkan," jelasnya.
Bautista pun sudah menanggapi pernyataan yang dinaikkan oleh Redding, ia lantas menyangkal soal klaim pembalap asal Inggris tersebut.
"Pembalap kecil kekuatan fisiknya lebih lemah untuk menggerakkan motor dan memacunya di tikungan. Ini bukan masalah buat pembalap bertubuh besar dan bodybuilder. Jika kau membatasi dirimu untuk satu hal, kau juga harus adil untuk pihak lainnya juga," kata Bautista.
"Kupikir lebih penting fokus dan memperkuat kekuatanmu dan meminimalisir kelemahanmu. Tapi lebih mudah mencari alasan dibandingkan bekerja lebih keras dan menerima kenyataan. Ini pertama kali dalam karierku ada pembalap komplain soal berat badan," sindirnya.
Jika memperberat motor demi bobot gabungan, Bautista menilai pembalap bertubuh kecil akan menjadi diberatkan karena bebannya mengontrol motor menjadi lebih besar.
Bautista pun membandingkan masa-masa Dani Pedrosa yang bertubuh kecil tapi juga tak diuntungkan karena postur itu saat melawan banyak nama besar seperti Valentino Rossi, Nicky Hayden, Casey Stoner, Jorge Lorenzo hingga Marc Marquez.
Pembahasan bobot gabungan ini juga telah sampai ke telinga pembalap lain di ajang lain, termasuk Luca Marini di MotoGP.
Sama seperti Redding di WorldSBK, Marini juga mendukung untuk menerapkan bobot gabungan minimal di MotoGP juga karena dia yang bertubuh tinggi punya beberapa handicap dibanding para rivalnya.