GridOto.com - Pemerintah terus mendorong penggunaan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) di berbagai daerah di Indonesia.
Dalam hal ini, PT PLN (Persero) sebagai penyedia energi kelistrikan nasional ikut ambil bagian dalam mendukung, serta mendorong akselerasi pengembangan kendaraan listrik.
Namun Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, mengungkapkan kebutuhan SPKLU hanya 10 persen karena mobil listrik memiliki kapasitas baterai mampu menempuh jarak hingga 360 km dalam sekali cas.
Selain itu, pola pemilik kendaraan listrik di Tanah Air lebih banyak yang melakukan pengisian daya baterai di rumah.
"Untuk perjalanan luar kota kita harus memetakan di mana kita akan mengecas, tapi untuk di dalam kota tidak ada kendala. Jadi kebutuhan SPKLU di dunia 10 persen dan 90 persen home charging," ujar Darmawan di Jakarta belum lama ini.
Sementara untuk motor listrik yang beredar saat ini memiliki jarak lebih pendek dalam sekali cas hanya mampu menempuh jarak 60 km.
Sehingga untuk menjawab tantangan tersebut pihaknya mulai membangun baterai swap atau penukaran baterai.
"Kita sudah membangun teknologi baterai swap, begitu baterai swap harganya tidak Rp 1,6 ribu per kWh, tapi bisa Rp 4 ribu per kWh jadi lebih mahal sedikit," jelas Darmawan.
Di kesempatan yang sama, Kepala Pusat Keunggulan PLN, Zainal Arifin, mengatakan bagi pemilik mobil listrik yang ingin memiliki home charging bisa menghubungi PLN.
Baca Juga: Minat Bangun SPKLU Buat Cas Mobil Listrik, PLN Ungkap Biayanya
"Sudah memiliki mobil listrik bisa tambah daya, karena kalau cuma 2.200 Volt Ampere (VA) akan drop, minimal 5.500 VA sekitar Rp 3,5 juta sampai Rp 5 juta," ucap Zainal.
Zainal melanjutkan, dengan pemasangan home charging pelanggan akan mendapatkan keuntungan seperti diskon tarif tenaga listrik.
"Memasang private home charging jangan khawatir, biaya Rp 3,5 juta itu akan balik modal karena akan dapat diskon waktu cas di atas jam 10 malam sampai jam 5 pagi, itu insentif yang kami berikan," pungkasnya.