Isu Harga BBM Ramai Dibicarakan, Pakar Ekonomi Sebut Dampak dari PPnBM

Dia Saputra - Jumat, 2 September 2022 | 17:30 WIB

Foto ilustrasi SPBU Pertamina. Harga BBM Pertalite dan Pertamax enggak naik, ada yang turun Rp 2 ribu per liter. (Dia Saputra - )

GridOto.com - Isu kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) semakin ramai dibicarakan masyarakat dalam beberapa waktu belakangan.

Sebelum isu kenaikan harga ramai, lonjakan konsumsi BBM memang sudah terdeteksi oleh PT Pertamina (Persero).

Salah satu penyebab terjadinya lonjakan konsumsi BBM ini, adalah banyaknya kendaraan baru yang dibeli masyarakat.

Menurut Pengamat Ekonomi, Faisal Basri, tingginya minat masyarakat dalam membeli kendaraan baru karena ada diskon.

Diskon pembelian mobil baru itu dikemas dalam pemberian  insentif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).

"Konsumsi BBM yang tinggi akibat dari kebijakan pemerintah sendiri, misalnya pajak mobil gratis," buka Faisal Basri dikutip dari TribunTangerang.com.

Lanjut menurut Faisal, kebijakan tersebut seolah menjadi senjata makan tuan yang kini berdampak pada konsumsi BBM.

Selain itu, sektor pertambangan yang menikmati subsidi BBM juga berdampak ke jumlah konsumsi BBM di Tanah Air.

"Di sektor pertambangan masak diberi subsidi BBM, kini dinikmati oleh perusahaan sawit," ungkap Faisal.

Baca Juga: Harganya Turun Rp 2 Ribu Per Liter, Apa Sih Kelebihan Pertamax Turbo

Faisal berpendapat, secara prinsip harga BBM memang harus naik.

"Hanya saja jangan rakyat yang berkorban akibat kenaikan harga ini," tutur Faisal.

Pemerintah juga harus ikut berkorban, misalnya membekukan PPN dan PPh 11 persen atau menghentikan proyek IKN demi rakyat.

"Harus ada pembenahan dan dibuat penyesuaian harga BBM dengan Perpres evaluasi per tiga bulan," tambahnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Lamhot Sinaga, salah satu anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Partai Golkar.

"Penyesuaian harga BBM saat ini merupakan keharusan dan tidak bisa dihindari lagi," buka Lamhot Sinaga.

Lamhot menuturkan, dalam jangka waktu pendek yang harus dilakukan adalah pembatasan BBM subsidi.

"Lebih baik BBM subsidi hanya diberikan kepada angkutan umum dan kendaraan roda dua saja," terang Lamhot.

Ia berpendapat, selama ini 70 persen BBM subsidi tidak tepat sasaran alias hanya dinikmati orang mampu.

"BBM subsidi ini harus tepat sasaran, tata kelola subsidi yang harus diperbaiki dulu," tambahnya.

Artikel ini telah tayang di Tribuntangerang.com dengan judul Senjata Makan Tuan, Diskon Pajak untuk Mobil Baru Punya Andil pada Lonjakan Konsumsi BBM