GridOto.com - Jangan salah ganti oli transmisi D-CVT Daihatsu Xenia, ini dampaknya.
Daihatsu Xenia pakai transmisi D-CVT atau Dual Mode Continuously Variable Transmission.
Selain di Daihatsu Xenia, transmisi D-CVT ini juga dipakai di Daihatsu Rocky dan Sirion terbaru.
D-CVT itu seperti CVT (Continuously Variable Transmission) konvensional lainnya.
Bedanya, pada D-CVT selain menggunakan sepasang puli (puli primer dan puli sekunder) yang dihubungkan sebuah sabuk baja sebagai penggeraknya, ia punya split gear yang bekerja pada saat kecepatan tinggi (mulai 60 km/jam).
Baca Juga: Begini Perawatan Transmisi D-CVT Daihatsu Xenia, Rocky, dan Sirion
Transmisi D-CVT di ketiga mobil ini memakai oli CVTF alias Continuously Variable Transmission Fluid.
Formula dan viskositas oli transmisi D-CVT ini berbeda dengan oli transmisi matik konvensional (transmisi dengan satu set planetary gear buat mengubah kecepatan secara otomatis).
"D-CVT Oil tidak sekadar dirancang untuk mencegah keausan atau menghasilkan pressure, namun perlu kemampuan anti-skid khusus untuk menghasilkan efesiensi transmisi yang optimal," buka Ichsan Ady Permana, Staf Instruktur Technical Training Center PT Astra Daihatsu Motor (ADM) kepada GridOto.com.
Makanya jangan sampai salah mobil transmisi D-CVT dikasih oli ATF (Automatic Transmission Fluid) yang buat matik konvensional.
Pasalnya, kalau sampai terjadi ada dampaknya lho.
Baca Juga: Mengenal Teknologi Transmisi D-CVT Daihatsu, Begini Cara Kerjanya
"Efek jangka pendek yang dirasakan adalah shift shock akan terjadi atau sebaliknya selip pada kecepatan awal," lanjut Ichsan.
Shift shock ini maksudnya terjadi entakan pada saat perpindahan gigi.
Sementara itu kalau selip adalah kondisi putaran mesin sudah tinggi tapi akselerasi mobil terasa lambat.
"Untuk efek jangka panjangnya adalah kerusakan transmisi," terang Ichsan lagi.
Oh ya, buat informasi, pengecekan volume dan kualitas oli transmisi D-CVT bisa dilakukan setiap 20.000 atau 12 bulan, mana yang tercapai lebih dulu.
Sementara itu untuk penggantian oli bisa dilakukan setiap 80.000 km atau 48 bulan, mana yang tercapai terlebih dahulu.