GridOto.com - Bahan bakar minyak alias BBM subsidi rencananya bakal dibatasi pemakaiannya oleh pemerintah.
BBM subsidi yang bakal dibatasi pemakaiannya adalah jenis Pertalite dengan oktan 90.
Namun, berpindah dari BBM subsidi ke BBM yang non subsidi yang punya oktan lebih tinggi seperti Pertamax memiliki dampak positif, utamanya pada mesin.
Hal ini dibenarkan oleh Ardito S. Bachrie, Vice Commisioner bengkel KS Nusa, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Baca Juga: Beli Pertalite Diatur, Ini Efek Jika Dipakai di Mesin Kompresi Tinggi
"Biasanya mobil-mobil sekarang kan cc kecil, kompresi lebih tinggi, agar output power yang dihasilkan lebih efisien" buka Dito, sapaan akrabnya.
"Dulu mungkin butuh kapasitas 4.000 cc untuk meraih 200 dk, tapi sekarang cukup setengahnya sudah bisa (200 dk)," jelas Dito lagi.
Artinya, "Mesin sekarang dibuat seefektif dan seefisien mungkin, mesin dengan kompresi tinggi ini butuh RON lebih tinggi," terang pria ramah ini.
"Jadi intinya, untuk menjauhkan diri dari biaya service tinggi, ikutin saja standar yang diminta pabrik," tegas pria penggemar off-road ini.
Misalkan mobil dianjurkan memakai RON 92 dengan spek oli SAE 0W20, "Ya ikuti saja, selama mesin masih standar patuhi saja agar makin awet," sambung Dito.
Baca Juga: Kerak Karbon di Ruang Bakar Berlebih, Begini Efek Pada Mesin Mobil
"Kan sebenarnya kebanyakan mobil baru anjurannya pakai Pertamax alias oktan 92, tapi biar lebih terjangkau banyak yang beralih ke Pertalite," jelasnya.
Efek dari penggunaan bensin beroktan lebih rendah ini adalah timbulnya ngelitik alias knocking.
"Knocking sendiri sebenarnya buruk banget buat mesin, efeknya bisa bikin kerak karbon menumpuk, ring piston rusak, hingga dinding silinder baret," wantinya.
Karena itu Dito menyarankan sebaiknya mobil tetap menggunakan bensin dengan oktan tinggi.
"Jangka panjangnya, mesin pasti lebih awet, dan kerusakan juga sedikit, jadi justru bisa lebih hemat biaya servis," pungkasnya.