GridOto.com - Kemacetan selalu menghantui pengguna jalan di tiap kota-kota besar termasuk di Indonesia.
Berdasarkan kajian Bappenas bersama Bank Dunia pada 2019, tiga kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung masuk ke dalam daftar kota termacet di Asia.
Adapun salah satu penyebabnya kemacetan di kota besar tersebut, akibat terbatasnya angkutan umum rata-rata kurang dari 20 persen.
Menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan MTI Pusat, Djoko Setijowarno, pengguna angkutan umum identik dengan kaum melarat alias kategori captive karena tidak ada pilihan moda.
"Lain halnya di mancanegara, penggunanya adalah kaum konglomerat alias orang kaya, walau punya pilihan moda," ujar Djoko melalui keterangan tertulisnya yang diterima GridOto.com, Selasa (05/07/2022).
Oleh karena itu, Djoko mengungkapkan perlu kesadaran akan memanfaatkan angkutan umum dimulai dari pemerintah hingga masyarakat.
Pasalnya Worldometers mencatat pada 2019 jumlah penduduk perkotaan di Indonesia sebanyak 150,9 juta jiwa, atau 55,8 persen dari total penduduk Indonesia yang sebesar 270,6 juta jiwa.
Sementara Bank Dunia memperkirakan sebanyak 220 juta penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan pada 2045, jumlah tersebut setara dengan 70 persen dari total populasi di Tanah Air.
"Sudah barang tentu untuk menggerakkan mobilitas secara bersamaan dalam waktu bersamaan pasti akan memerlukan fasilitas transportasi umum massal," ucap Djoko.
Sehingga jika masyarakat terus mengunakan kendaraan pribadi, tentunya akan menimbulkan kemacetan, peningkatan populasi udara, penggunaan BBM bertambah, tingkat stres meningkat, dan juga angka kecelakaan tinggi.
Djoko melanjutkan, agar angkutan umum menjadi lebih menarik bagi masyarakat yaitu dengan mempersingkat waktu perjalan dibanding kendaraan pribadi, seperti waktu tunggunya di bawah 10 menit.
Kemudian jangkauan luas, waktu layanan sepanjang hari meliputi awal sampai akhir kegiatan masyarakat, dan tersedia park and ride atau fasilitas lain seperti membawa sepeda, serta tarif murah.
"Di sisi lain untuk menjamin keberlanjutan bisnis transportasi umum, memang perlu menggali lebih banyak lagi sumber alternatif pendanaan atau investasi demi, sehingga dapat selalu memberikan layanan transportasi umum yang andal," pungkasnya.