GridOto.com - Ada dua istilah aerodinamika berbeda pada ajang balap Formula 1, yakni slipstream dan dirty air.
Baik slipstream ataupun dirty air sama-sama mengacu pada aliran angin yang dikeluarkan sebuah mobil F1 ke arah belakang.
Slipstream bisa dikatakan sangat bermanfaat saat balapan, sebab teknik ini memanfaatkan mobil F1 yang ada di depan untuk menahan terpaan angin.
Sedangkan dirty air alias aliran udara kotor, sangat merugikan bagi sebuah mobil F1 yang berada di belakang.
Aliran udara yang dikeluarkan akan memiliki tekanan lebih rendah dan berdampak terhadap downforce atau gaya tekan ke bawah.
Untuk slipstream, fenomena ini akan aktif pada kondisi trek lurus karena mobil F1 tidak terlalu membutuhkan downforce.
Dengan downforce yang minim, mobil F1 bisa melaju di trek lurus dengan lebih cepat.
Jadi pembalap di belakang bisa memanfaatkan slipstream untuk menambah kecepatannya di trek lurus, ditambah juga dengan fitur DRS.
Sedangkan istilah dirty air lebih banyak berlaku saat pembalap melibas tikungan, di mana mobil sangat bergantung dengan komponen aerodinamikanya.
Baca Juga: Akhirnya Max Verstappen Komentari Ujaran Rasis Nelson Piquet ke Lewis Hamilton di F1 Inggris 2022
Aliran angin yang bermanfaat menjadi slipstream di trek lurus berubah menjadi 'dirty air' yang merugikan ketika melewati tikungan.
Saat melewati tikungan, mobil membutuhkan lebih banyak downforce sehingga kehadiran aliran udara yang dikeluarkan mobil di depan akan merugikan mobil di belakangnya.
Mobil di belakang kadang mengalami oversteer ataupun understeer saat mendapat dirty air dari mobil di depannya.
Karena itulah mobil F1 yang terkena dirty air melaju lebih lambat dibandingkan mobil di depannya saat melibas tikungan.
Hal itu juga yang coba dikurangi lewat regulasi mobil baru F1 2022 dengan menggunakan konsep ground effect.
Mobil F1 2022 punya karakter aerodinamika yang meminimalisir dirty air, sehingga mobil di belakang bisa menguntit mobil di depan lebih lama dan balapan jadi lebih seru.