GridOto.com - Mudik Lebaran ke kampung halaman menggunakan motor tidak disarankan, karena dinilai kurang aman dan menguras banyak energi.
Sebab, motor yang umumnya beredar di Indonesia sejatinya bukan diperuntukan untuk perjalanan jauh, begitu juga mudik ke kampung halaman.
Menurut Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, pemudik yang biasa menggunakan motor perlu terus dialihkan ke transportasi umum.
"Mengurangi pemudik yang menggunakan motor untuk beralih ke transportasi umum adalah pilihan yang bijak dan humanis. Sebab motor sebaiknya tidak digunakan untuk perjalanan jarak jauh," ujarnya dalam keterangan resminya, Senin (25/4/2022).
Djoko menyebut, mengalihkan kebiasaan mudik dengan motor ke transportasi umum perlu diimbangi dengan pembenahan fasilitasnya.
"Pembenahan fasilitas transportasi umum di daerah juga harus segera dilakukan supaya pemudik tidak ada alasan lagi membawa motor dengan alasan buruknya layanan transportasi umum," ungkap Pengamat Transportasi tersebut.
Sebagai contoh, Djoko bersama MTI menyorot arus mudik dengan tujuan ke wilayah Sumatera.
Keberadaan transportasi umum di daerah tujuan pemudik ini masih dinilai memprihantinkan dan cenderung semakin berkurang jumlahnya.
Selain itu, keinginan para kepala daerah juga dianggap sangat rendah dalam memperhatikan layanan transportasi umum.
Baca Juga: Mudik Ke Sumatera Masih Kurang Aman, Penumpukan Kendaraan di Pelabuhan Kerap Terjadi di Malam Hari
Sehingga keberadaan bus gratis bisa sangat membantu masyarakat yang mudik lebaran ke wilayah Sumatera, khususnya yang terbiasa menggunakan motor.
Namun, pengadaan bus gratis ke Pulau Sumatera ini sebaiknya harus menjangkau hingga setiap ibu kota Kabupaten.
Berdasarkan hasil survei Badan Litbang Perhubungan pada Maret 2022, menunjukkan penghasilan pemudik terbesar yaitu kurang dari Rp 3 juta per bulan dengan persentase sebanyak 66,9 persen.
Dengan Penghasilan sebesar itu, bisa dipastikan masyarakat memilih gunakan motor dan transportasi umum.
Sementara ketersediaan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) kelas ekonomi sudah makin jarang.
Akhirnya dalam keseharian, masyarakat terpaksa memilih menggunakan bus AKAP kelas eksekutif yang mana saat mudik dikenakan tarif batas atas dengan harga selangit.
Hal tersebut dinilai tidak terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan kurang dari Rp 3 juta per bulan.