GridOto.com – Usung teknologi Hybrid, ternyata begini hasil test performa Yamaha Fazzio 125.
Sebagai informasi, sistem hybrid di Fazzio termasuk tipe sederhana karena memanfaatkan adanya teknologi SMG (Smart Motor Generator).
Selain berfungsi sebagai starter untuk memutar poros kruk as, teknologi tersebut juga berfungsi sebagai generator untuk mengisi ulang daya aki.
Saat mesin sudah hidup, fungsi hybrid memberi arus listrik dari aki seperti saat proses starter untuk memberikan tenaga tambahan atau assist pada mesin bakar lewat poros kruk as.
Namun karena arusnya cuma dari aki YTZ6V dengan spek 12 volt 5,3 Ah, makanya hanya mampu memberikan tenaga tambahan atau assist saat kecepatan rendah saja.
Nah saat hybrid on dan off akselerasinya memang beda, terlihat dari hasil tes pakai Racelogic. Saat hybrid on 0-60 km/jam waktunya 7,3 detik, lalu saat hybrid off perlu 7,7 detik.
Pada tes 0-201 meter pun ada perbedaan. Ketika hybrid on cuma 13,7 detik, sementara ketika off jadi 14 detik. Nah lumayan kan bedanya!
Data menarik lainnya dari hasil tes adalah top speed Fazzio tak sampai 100 km/jam. Walaupun di spidometer tertera bisa 101 km/jam, di Racelogic ternyata mentok di angka 96,9 km/jam.
Fakta itu cukup mengejutkan, karena rata-rata skutik 125 cc kecil Yamaha yang pakai basis mesin dari Mio M3 kecepatan aslinya bisa tembus atau bahkan lebih dari 100 km/jam.
Baca Juga: Dek Pijakan Kaki Yamaha Fazzio Selega Ini, Galon Air Mineral Bisa Masuk? Mari Kita Buktikan
Tampaknya mesin baru yang dipakai Fazzio konsepnya mengedepankan keiritan konsumsi bensin, namun agar tarikan awal tetap cepat ditambahkan hybrid.
Mesin Fazzio ini memang bisa dibilang 125 cc Blue Core generasi terbaru Yamaha, bukan cuma ada hybrid tapi memang mayoritas baru.
Menurut Ferry, dari motor lama cuma bagian kepala silinder dan blok, turunan dari FreeGo. Sementara crankcase ke belakang total baru.
Termasuk piston forged baru, berdimensi lebih tinggi 0,3 mm dari milik FreeGo sehingga rasio kompresi naik dari 9,5:1 jadi 11:1. Tentunya hal ini bertujuan untuk meningkatkan performa efisiensi pembakaran.
Dibanding FreeGo, area crankcase CVT juga beda karena jarak antar puli jadi lebih pendek.
Hal itu tentunya bisa meningkatkan keresponsifan mesin, karena ukuran v-belt juga jadi lebih pendek.
Perbedaan lain juga bisa ditemui pada bobot roller yang digunakan. Fazzio pakai 14 gr, lebih berat dari FreeGo yang cuma 11 gr.
Efeknya tentu saja jadi mirip motor yang pakai rasio akhir berat. Saat digas mesin enggak langsung menjerit tapi naik perlahan, kemudian laju bertambah seirama dengan kenaikan putaran mesin.
Nah makanya di sini peran hybrid ketika bekerja jadi begitu terasa, secara spontan akan membuat tarikan awal jadi tetap terasa enteng.
Baca Juga: Resmi Terbentuk, Fazzio Owner Club Indonesia Sudah Punya 40 Chapter di Indonesia
Buat stop and go di jalanan padat efeknya tarikan jadi tetap cepat, tapi memang saat di jalanan kosong untuk meraih kecepatan tinggi jadi terasa cukup lama.
Maklum walaupun torsi maksimal besar, 10,6 Nm di 4.500 rpm, tapi tenaga maksimal tergolong kecil, cuma 8,3 dk di putaran mesin 6.500 rpm.
Tapi enaknya ketika kecepatan sudah tinggi mesin terasa rileks, khas CVT yang dikasih roller berat dan sangat minim getaran maupun suara.
Halus dan senyap!