GridOto.com - Meningkatkan tenaga menjadi salah satu alasan banyak orang memodifikasi mesin motor mereka, baik itu dengan cara bore up, stroke up dan lain-lain.
Tapi tidak dapat dipungkiri, meningkatkan tenaga motor terlalu banyak juga bisa menimbulkan masalah.
Seperti konsumsi BBM yang menjadi lebih boros, suhu mesin yang semakin cepat panas, bahkan kruk as patah atau v-belt putus pada motor matik jika tambahan tenaganya terbilang ekstrem.
Lantas, berapa batas penambahan tenaga yang kira-kira masih aman untuk mesin, terutama jika masih ingin dipakai harian?
“Kalau mencari ‘cukup’ atau tidak sih sulit menentukannya karena tergantung peruntukkan dan kepuasan masing-masing pemilik motor,” ujar Suhartanto alias Kupret, mekanik balap kenamaan kepada GridOto.com, Minggu (9/1/2022).
“Tapi Kalau secara mekanis, untuk ukuran motor 150 cc setengah bahkan seperempat dari total tenaga mesin standarnya itu sudah lebih dari cukup,” tambah Owner bengkel PRIDE Racing Development ini.
Alasannya, lonjakan tenaga masih bisa dirasakan oleh sang pemilik tapi beban tambahan yang disebabkan oleh lonjakan tenaga tersebut tidak terlalu tinggi.
Terutama jika ubahan yang dilakukan tidak menyentuh kompresi mesin alias dibiarkan standar.
Pasalnya, kompresi yang terlalu tinggi adalah salah satu penyebab utama kerusakan mesin motor yang tenaganya sudah dinaikkan.
Baca Juga: Ini Tiga Komponen yang Rawan Rusak Saat Motor Melakukan Bore Up
“Misalnya, kompresi yang terlalu tinggi itu bisa bikin piston bolong karena tidak kuat menahan kompresi tadi,” jelas Kupret yang menangani mesin banyak tim balap Kejurnas motor papan atas itu.
Selain itu, penambahan tenaga sebesar seperempat hingga setengah total tenaga mesin untuk motor 150 cc juga disebut tidak membuat konsumsi bensin menjadi jauh lebih boros.
Bahkan, Kupret mengatakan bahwa menambah tenaga mesin malah berpotensi membuat konsumsi bahan bakar menjadi sedikit lebih irit.
“Terutama kalau tenaga tambahan tadi diatur untuk muncul dari putaran bawah, karena membuat motor berakselerasi lebih cepat dari standar untuk mencapai kecepatan yang sama,” kata Kupret.
“Jadi si pengendara bisa membawa motornya dengan lebih halus dan tidak sering-sering gaspol, karena mau standar pun kalau yang bawa motor bejek gas terus sih pasti boros-boros juga,” tutupnya sambil tertawa.