GridOto.com - Baru-baru ini wacana akan dihapusnya bahan bakar minyak (BBM) milik Pertamina jenis Premium kembali mencuat.
Langkah ini dilakukan untuk menekan angka emisi karbon dengan mendorong penggunaan BBM ramah lingkungan.
Tulus Abadi selaku Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), mengaku ragu penghapusan BBM Premium bakal dilakukan pada tahun depan.
Menurutnya, keberadaan mafia migas menjadi penyebab sulitnya Pertamina menghapus BBM jenis Premium.
"Tahun 2022 (Premium dihapuskan) saya menduga hanya sekadar wanaca, karena ini akan dihalang-halangi oleh mafia impor Premium," ujar Tulus dalam diskusi virtual Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Kamis (30/12/2021).
"Mereka tidak akan rela bila Premium dihapuskan begitu saja, karena akan merugikan kepentingan ekonomi dari mafia impor ini, kecuali pemerintah memiliki nyali," sambungnya.
Kendati demikian Tulus mengungkapkan meski wacana penghapusan Premium terjadi, tidak akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Pasalnya, Tulus menilai masyarakat yang membeli BBM jenis Premium sampai saat ini sudah semakin kecil.
Baca Juga: Santer Kabar Premium dan Pertalite akan Dihapus, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Mendukung, Tapi...
Baca Juga: Waduh Bakal Kejadian Nih Pertamina Hapus Premium dan Pertalite, Ini Bocoran Roadmapnya
"Daya beli saya kira penghapusan Premium di 2022 itu tidak akan mengganggu inflasi yang signifikan, karena jumlahnya sudah kecil dipasaran per November secara nasional tinggal 0,9 persen dari total BBM yang beredar," ucap Tulus.
Sekadar informasi, pemerintah mendorong penggunaan BBM RON 90 sebagai upaya memperbaiki kondisi lingkungan.
"Kita memasuki masa transisi di mana Premium (RON 88) akan digantikan dengan Pertalite (RON 90), sebelum akhirnya kita akan menggunakan BBM yang ramah lingkungan," ujar Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas, Soerjaningsih yang dikutip dalam situs Ditjen Migas Kementerian ESDM.
Soerja pun mengungkapkan pemerintah tengah menyusun roadmap BBM ke arah ramah lingkungan.
"Dengan roadmap ini, ada tata waktu di mana nantinya kita akan menggunakan BBM ramah lingkungan. Ada masa di mana Pertalite harus dry, harus shifting dari Pertalite ke Pertamax," tuturnya.