GridOto.com - Mesin konvensional atau Intenal Combustion Engine (ICE) yang masih menggunakan piston membutuhkan tekanan kompresi.
Tekanan kompresi ini tercipta akibat gerakan piston dari posisi TMB (Titik Mati Bawah) ke TMA (Titik Mati Atas).
Jika diperhatikan, tekanan kompresi mesin mobil yang menggunakan turbo umumnya lebih kecil dibanding mesin non turbo atau Naturally Aspirated Engine (N/A).
Sebagai contoh, mesin Toyota Raize 1.000 cc yang dilengkapi dengan turbo tekanan kompresinya hanya 9,5:1.
Sementara Toyota Raize 1.200 cc non turbo tekanan kompresinya mencapai 12,8:1
Baca Juga: Ini Alasan Turbin Kompresor Turbo Wajib Dibersihkan Secara Berkala
"Tekanan kompresi yang berbeda ini diakibatkan adanya power induction system berupa turbo yang mampu memasukkan tekanan udara ke ruang bakar lebih banyak dibanding mesin non turbo," buka Didi selaku Dealer Technical Support Department Head PT Toyota-Astra Motor (TAM).
"Tekanan dari turbo ini akan menghasilkan tekanan kompresi dinamis yang jauh lebih tinggi, jadi walaupun tertulis hanya 9,5:1 sebenarnya yang terjadi di mesin bisa lebih dari itu," tambahnya.
Sementara mesin non turbo membutuhkan tekanan kompresi tinggi yang mencapai 12,8:1 ini agar menghasilkan daya ledak ruang bakar yang besar.
Ledakan pembakaran ini akan menghasilkan daya mesin yang besar pula.
Perhitungan pabrikan terkait tekanan kompresi yang kecil ini sudah disesuaikan dengan kemampuan mesin itu sendiri agar awet.
Baca Juga: Agus Suswanto, Jagoan Turbo Diesel yang Pernah Upgrade Sampai Meledak
"Kalau mesin yang pakai turbo di-set kompresi sama pasti ada material yang enggak kuat, ini semua sudah diperhitungkan dan melalui pengujian," jelas Didi.
Walau tekanan kompresi lebih kecil, namun output tenaga mesin bisa jauh lebih besar.
Toyota Raize 1.000 cc mampu menghasilkan tenaga mesin 98 dk.
Sedangkan Toyota Raize 1.200 cc hanya mampu menghasilkan tenaga mesin 88 dk.