Begini Dampak Vakumnya Balap Motor Tingkat Nasional Terhadap Tim Balap, Bukan Cuma Akitvitas yang Terbatas

Muhammad Rizqi Pradana - Senin, 20 September 2021 | 17:15 WIB

Bukan cuma aktivitasnya yang jadi terbatas, begini dampak vakumnya balap motor tingkat nasional selama dua tahun untuk para tim balap nasional. (Muhammad Rizqi Pradana - )

GridOto.com - Seri kedua Kejurnas Motor Road Race telah digelar di Sentul International Motorcycle & Karting Circuit, atau biasa disebut Sentul Kecil pada Minggu (19/9/2021) akhir pekan kemarin.

Digelarnya seri kedua Kejurnas Motor Road Race sekaligus menandai bergulirnya kembali ajang balap motor tingkat nasional, setelah kurang lebih dua tahun vakum akibat pandemi Covid-19.

Selama dua tahun tersebut, para tim dan pembalap hanya mampu latihan dan melakukan riset motor.

“Riset motor dan latihan pembalap tetap jalan,” ujar Rudy Hadinanta, selaku Team Principal Astra Motor Racing Team Yogyakarta (ART Jogja) kepada GridOto.com, Sabtu (18/9/2021).

“Tapi karena enggak ada kegiatan ya pasti kurang maksimal, karena tidak punya tolok ukur seperti kalau ada balapan,” tambah pria yang akrab disapa Rudy itu.

Pradana/GridOto.com
Rudy Hadinanta, Team Principal Astra Motor Racing Team Yogyakarta (ART Jogja).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Rohili dari Kawahara Racing, dan Rey Ratukore selaku pemilik tim RSS Cargloss Racetech.

“Kesibukan dua tahun ini ya latihan dan riset motor, apalagi sekarang kami turun dengan motor Yamaha juga bareng dengan motor Honda yang sudah ada,” ujar Rohili yang juga akrab disapa Ulil itu.

“Riset motor dan latihan baik untuk pembalap dan mekanik, supaya kalau tiba-tiba ada event seperti sekarang ini kami bisa tetap siap,” tandas Rey dalam kesempatan yang sama.

Baca Juga: Figur - Rachmat ‘Acid’ Alrasyid, Gara-gara Bosan Saat Pandemi Covid-19, Kini Berambisi Bantu Pembalap Muda Indonesia

Selain aktivitas yang terbatas, beberapa masalah lain juga timbul akibat vakumnya kompetisi balap motor setingkat Kejurnas selama dua tahun belakangan.

Bagi Rudy, absennya kompetisi balap motor tingkat nasional selama dua tahun membuatnya khawatir pertumbuhan para pembalap yang bernaung di ART Jogja bisa terhenti.

“Pastinya pembalap jadi lebih kaku selama dua tahun tidak ada balapan, tapi yang paling utama adalah kasihan bibit-bibit muda berikutnya,” ujar Rudy.

“Balapannya berhenti tapi umurnya bertambah terus, apalagi sekarang pembalap itu mulainya semakin muda,” tambah mantan pembalap yang sering dijuluki ‘Batman’ itu.

Pradana/GridOto.com
Rohili alias Ulil, divisi Spareparts Kawahara Racing.

Selain pembibitan, urusan finansial para tim juga menjadi hal yang ikut terdampak selama vakumnya ajang balap nasional selama dua tahun terakhir.

Meskipun tidak sampai menjadi masalah besar, Ulil mengaku jumlah sponsor yang bisa digaet oleh tim-nya berkurang dibandingkan saat sebelum pandemi.

“Kami tidak didukung pabrikan, jadi meskipun penting untungnya sponsor belum jadi masalah meskipun jumlahnya jelas berkurang dibandingkan yang lalu-lalu,” ujar pria ramah tersebut.

“Sebelumnya juga kami masih punya personil yang fokus mengirim proposal untuk mengajukan sponsor, tapi karena skedul balapannya juga masih belum 100 persen jelas ya belum bisa gencar juga (mencari sponsor),” imbuh Ulil.

Baca Juga: Kupas Motor MiniGP Alrasyid SND AP10 di Tabloid OTOMOTIF Edisi 18-XXXI, Langsung Jajal di Sirkuit

Baca Juga: Balap Motor Masih Libur, Wahyu Aji Trilaksana dan Rey Ratukore Pilih Modelling dan Jaga Toko Biar Nggak Jadi ‘ODP’

Salah satu yang membantu Kawahara Racing untuk tetap bertahan adalah adanya bisnis, dalam hal ini sebagai produsen spare part racing, yang ikut menopang aktivitas balap tim tersebut.

Suatu hal yang juga diamini oleh Rey, yang juga memiliki bisnis toko spare part aftermarket motor yaitu Rey Speed Shop.

“Sponsor juga bisa keluar kalau hanya ngakalin balap aja, makanya mau ada balap tidak kami selalu kasih laporan aktivitas lain seperti latihan,” tambah Rey.

“Kalau mereka lihat ada nilai positifnya, mereka akan tetap alokasikan budget untuk tim yang selalu kami buat perjanjian agar bisa turun 50 persen di muka,” lanjutnya.

Meski masih aman secara finansial, pria yang beken membalap dengan nomor start 222 itu mengaku bahwa tim-nya tetap belum bisa melakukan pengembangan yang maksimal terutama dari segi teknis motor.

Sehingga pihaknya lebih memilih untuk mengalokasikan budget yang ada pada aktivitas latihan dan pengembangan pembalap.

“Kalau aktivitas balapnya normal mungkin masih bisa terkejar, tapi pengembangan motor itu butuh dana yang besar terutama untuk mesin dan sebagainya,” ujar Rey.

“Jadi daripada telat dan tidak maksimal lebih baik kami alihkan ke pengembangan pembalap kami,” tutupnya.