GridOto.com - Sejarah mencatat bahwa rekor Jakarta-Surabaya naik motor tercepat ditorehkan oleh Gerrit de Raadt pada 18 Agustus 1932.
Naik motor dari Jakarta sampai Surabaya ternyata sempat menjadi ajang adu prestise pada zaman penjajahan dulu.
Tentu berbeda dengan zaman sekarang yang Jakarta-Surabaya mungkin bisa dibilang turing atau pulang kampung.
Zaman dulu, untuk naik motor dari Jakarta (Batavia) hingga Surabaya jelas bertaruh harta dan nyawa sebab kondisi jalanan yang masih berbatu, enggak ada minimarket, hingga SPBU.
Jangan lupa, karena kebanyakan yang mencoba adalah orang Belanda tentunya jadi incaran para pejuang kemerdekaan sehingga bisa saja ditangkap.
Untuk memecahkan rekor Jakarta-Surabaya, Gerrit de Raadt menggunakan Rudge Ulster yang merupakan motor balap pada masanya.
Sengaja Gerrit mengimpor Rudge Ulster sebab rekor Jakarta-Surabaya yang ia lakukan sebelumnya dipecahkan orang lain.
Sebelumnya Gerrit dikenal sebagai orang pertama yang mencatatkan rekor Batavia-Soerabaija pada 7 Mei 1917 dengan waktu tempuh 24 jam 45 menit dengan sepeda motor Reading.
Namun banyak 'londo-londo' biker lain yang tertantang sehingga pemegang rekor Jakarta Surabaya sering berpindah tangan dan catatan waktunya semakin terpangkas.
Baca Juga: Blast From The Past! Rudge Ulster: Motor yang Memecahkan Rekor Jakarta-Surabaya Hanya 10 Jam
Ngomongin Rudge Ulster motor ini diproduksi tahun 1929 hingga 1939 dan disebut memiliki mesin 500cc yang dianggap terkencang pada masanya.
Top speed yang bisa digapai mesin jadul ini hingga 90 mph yang setara dengan 140 km/jam.
Berkat Rudge Ulster Gerrit de Raadt yang resmi mengunci rekor Jakarta-Surabaya naik motor tersebut pada 18 Agustus 1932 dengan waktu 10 jam 1 menit.
Secara literatur resmi, rekor Gerrit de Raadt belum terpecahkan hingga tulisan ini ditulis oleh GridOto.com pada tahun 2021.
Entah apa yang membuat banyak orang enggan untuk memperbarui catatan rekor Jakarta-Surabaya naik motor sehingga rekor Gerrit de Raadt secara resminya sih awet.
Yang jelas pemecahan rekor ini seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, memang ajang taruhan prestise dengan bayaran harta dan nyawa.
Bisa saja sih orang zaman sekarang bilang bisa ngebut dan cepat sampai gitu karena dulu jalanan kosong.
Tapi jelas medannya juga jauh berbeda dengan sekarang, masih berupa bebatuan, tanah dan membelah hutan.
Sudah pasti tidak ada pom bensin, bengkel, atau tukang tambal ban jika motornya mengalami kendala.
Itu berarti Gerrit harus nyetok di setiap kota yang ia lalui, kemudian mengangkut seluruh perbekalannya di motor.
Gerrit menggunakan rute de Grote Postweg alias jalan raya pos buatan Daendels.
Berarti enggak sesederhana zaman sekarang yang bisa dari Jakarta lewat pantura dari Bekasi, Karawang, Cirebon, dan terus sampai Surabaya.
Dari Batavia ia harus mengarah ke selatan melalui Buitenzorg (Bogor), kemudian melintasi Preanger (Priangan/Bandung), Sumedang, baru ke Cirebon dan menyusuri pantura hingga Surabaya kira-kira sejauh 1.400 Km.
Daya tahannya jelas diuji sebab ia juga harus menghemat waktu istirahatnya, atau mungkin tidak istirahat sama sekali alias geber gaspol terus.
Yang jelas sih sebaiknya enggak perlu deh memaksa naik motor dari Jakarta sampai Surabaya demi memecahkan rekor Gerrit de Raadt.
Kondisi zaman sudah berbeda jauh nih Sob... Walau teknologi motornya sudah jauh berkembang, tapi kondisi jalanannya juga sudah jauh berbeda.
GridOto.com sekadar kasih informasi saja kalau di tanggal ini (18 Agustus) 89 tahun yang lalu, ada 'londo biker' gila yang memecahkan rekor Jakarta-Surabaya naik motor!