Figur - Perjalanan Karier Kukuh Kumara, dari Dunia Perikanan Menyelam Jauh ke Industri Otomotif Indonesia

Naufal Shafly - Minggu, 8 Agustus 2021 | 16:55 WIB

Kukuh Kumara (Naufal Shafly - )

GridOto.com - Nama Kukuh Kumara mungkin sudah tak asing bagi pelaku industri otomotif Tanah Air.

Sebab Kukuh sudah sejak 2016 menjabat sebagai Sekertaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Namun siapa sangka, perjalanan karier Kukuh ternyata sangat jauh dari industri otomotif.

Saat dihubungi GridOto.com, Kukuh bercerita bahwa ia memulai kariernya dari dunia perikanan, bidang yang tentunya sangat jauh dari sektor otomotif.

"Saya awalnya kuliah di Akademi Usaha Perikanan, Jakarta, jurusan Marine Fisheries Engineering. Setelah lulus, saya kerja di Kapal Latih Perikanan, KM Madidihang, dari tahun 1978 sampai 1985," ucap Kukuh, Jumat (6/8/2021).

Saat itu Kukuh menjabat sebagai engineering dan sempat disekolahkan di Shimonoseki Fisheries University, Jepang, medio 1981-1982.

Lalu Kukuh memutuskan terbang ke Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan di Sam Houston State University (S2) dan Texas A&M University (S3).

Saat menempuh pendidikan tersebut, pria yang hobi berenang ini mengaku jurusan yang diambilnya juga sama sekali tak ada kaitannya dengan dunia otomotif.

Baca Juga: Hermas Efendi Prabowo, Buka Wawasan Tentang Transmisi Otomatis

Selesai menempuh pendidikan di tahun 1991, Kukuh mengabdikan dirinya sebagai dosen di Akademi Usaha Perikanan.

Lalu di tahun 1992 sampai 1993 Kukuh bekerja di salah satu perusahaan sebagai Management Consultant.

Karier Kukuh di industri otomotif dimulai pada 1993, saat itu ia berkiprah bersama General Motors Buana Indonesia dan General Motors Indonesia.

Dokumentasi Pribadi
Kukuh Kumara (berdiri paling kanan) saat bekerja di Kapal Latih Perikanan

Jika ditotal, Kukuh bekerja dengan produsen merek Chevrolet tersebut selama 12 tahun.

Namun pria ramah ini akhirnya harus mengakhiri kebersamaannya dengan Chevrolet di tahun 2005.

"Saya keluar dari GM (General Motors) itu bukan karena saya yang resign, tapi memang GM-nya tutup. Akhirnya saya pindah ke PT Autoliv Indonesia, perusahaan pembuat seat belt," ucap Kukuh.

Di perusahaan tersebut, Kukuh yang saat itu menjabat sebagai Country Manager akhirnya memutuskan pensiun di tahun 2013.

Tiga tahun berselang, tepatnya di 2016, Kukuh mendapatkan tawaran untuk menjabat sebagai Sekretaris Umum Gaikindo.

Baca Juga: Figur - Anton Jimmi Suwandy, Marketing Director Toyota yang Hobi Nyetir dan Suka Belajar Hal Baru

Berbekal pengalaman panjang bersama General Motors dan Autoliv Indonesia, ia akhirnya menerima tawaran tersebut.

"Saya diajak oleh pak Johannes Nangoi (Ketua Umum Gaikindo) untuk jadi Sekertaris Umum Gaikindo. Saya langsung menyetujui ajakkan beliau dan masih bertahan sampai sekarang," tukasnya.

Karier di Gaikindo

Sebenarnya Gaikindo bukanlah organisasi asing bagi Kukuh. Sebab pria yang gemar melakukan olahraga air ini mengaku sebagai salah satu pengurus Gaikindo sejak bekerja di GM.

Namun menjabat sebagai Sekertaris Umum tentunya memiliki tantangan berbeda dan lebih besar.

Ia mengatakan, dirinya bersama rekan-rekan Gaikindo saat ini harus bisa menjadi penyambung lidah antara pelaku industri dan pemerintah.

"Kami harus bisa menjembatani kepentingan usaha, dalam hal ini anggota Gaikindo dengan kebijakan pemerintah. Kami memberi masukan ke pemerintah, di satu sisi kami ingin kebijakan pemerintah di bidang otomotif membuat industrinya semakin maju. Itu tantangannya," tukasnya.

Gaikindo.or.id
Kukuh Kumara (kiri) ditunjuk sebagai Sekertaris Umum Gaikindo pada 2016

Lika-liku tantangan dan keberhasilan di Gaikindo datang silih berganti.

Namun bagi Kukuh, salah satu pencapaian terbesarnya adalah saat Indonesia berhasil menjadi tuan rumah konferensi International Organization of Motor Vehicle Manufacturers (OICA).

"Sebenarnya banyak momen menarik. Tapi bagi saya, yang paling membanggakan adalah ketika kami (Gaikindo) berhasil mengadakan konferensi OICA di Indonesia, tepatnya di Bali pada 2017," terang Kukuh.

Momen itu dianggap spesial karena menurut Kukuh, sejak saat itu industri otomotif Indonesia mulai dipandang oleh negara lain.

"Sejak saat itu, Indonesia menjadi perhatian seluruh pabrikan mobil dunia. Industri otomotif Indonesia bisa dibilang menjadi terpandang, terlebih produksi kita kan tiap tahunnya selalu di atas 1 juta unit," imbuhnya.

Kecintaan pada laut

Bekerja di kapal selama kurang lebih 7 tahun membuat pria yang hampir setiap hari berenang ini sangat mencintai laut Indonesia.

Kecintaan terhadap laut ini, Kukuh tuangkan melalui hobinya menyelam yang mulai dijalankan sejak 2013 atau setelah memutuskan pensiun dari PT Autolive Indonesia.

"Saya biasanya menyelam kalau ada hari libur aja, tapi terkadang kalau saya mau menyelam di lokasi yang jauh, misalnya daerah Papua, saya ambil cuti karena kan butuh waktu lama," jelasnya.

Berbagai spot menyelam di Indonesia sudah ia sambangi, namun yang selalu membuatnya terkesan adalah Raja Ampat, Papua.

Dokumentasi pribadi
Kukuh Kumara yang sangat mencintai laut Indonesia

"Kalau sudah di sana, itu saya merasa sudah yang terbaik lah spot-spotnya, mudah-mudahan sih keindahan alamnya tetap terjaga," jelasnya.

Saking cintanya, Kukuh mengaku sangat sedih melihat kekayaan laut di Indonesia yang sering menjadi sasaran pencurian oleh negara lain.

"Dulu waktu di Perikanan, salah satu tantangannya adalah untuk memproklamirkan zona laut bebas 200 mil. Kita ini punya laut yang sangat-sangat luas, tapi enggak ada satu pun yang ke sana," jelasnya.

"Dulu saya sering berlayar jauh, dan di sana enggak ada satu pun kapal kita patroli yang berjaga, itu kan sangat gampang sekali kalau mau dicuri kekayan laut kita," tambahnya.

Oleh sebab itu, Kukuh berharap pemerintah lebih menjaga kedaulatan laut Indonesia beserta keindahan bawah airnya.

Harapan untuk industri otomotif Indonesia

Saat ini, Kukuh yang sudah berfokus di industri otomotif berharap agar Indonesia bisa menjadi pemain terbesar di Asia Tenggara.

Harapan lainnya, Kukuh ingin agar Indonesia bisa memproduksi bermacam jenis mobil, baik konvensional, hybrid, plug-in hybrid, battery electrical vehicle dan fuel cell secara beriringan.

"Jangan kemudian kita memusuhi seolah-olah 'mobil konvensional sudah ketinggalan zaman, kita harus beralih ke mobil listrik'. Jangan gitu. Biarkan saja secara alamiah masyarakat yang memilih mana teknologi yang paling efisien untuk kebutuhan mereka, jadi jangan dipaksakan," tutupnya.