GridOto.com - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) mencatat transaksi penjualan selama bulan Ramadan atau April 2021 meningkat tajam.
Swandajani Gunadi, Direktur SDM dan Marketing Adira Fiance mengatakan transaksi penjualan pada periode April 2021 meningkat sebesar 282 persen, bila dibandingkan periode April 2020.
"Adira Finance melihat transaksi penjualan meningkat 282 persen kalau dibanding periode bulan April 2020 ke April 2021 ini. Angka ini sangat signifikan membuktikan bahwa perekonomian sudah bergulir dan bergerak maju," ujar Swandajani dalam konferensi pers virtual, Rabu (05/05/2021).
Namun, jika dibandingkan periode Maret ke April 2021 transaksi penjualan Adira Finance mengalami peningkatan sebesar 11 persen.
Baca Juga: Ditopang Kendaraan Roda Dua, Adira Finance Catat Total Pembiayaan Baru Rp 5,4 Triliun di Kuartal I 2021
Lebih lanjut, Niko Kurniawan, Direktur Penjualan, Service dan Distribusi Adira Finance menjelaskan selama bulan Ramadan ini memang menjadi momen terbaik bagi pengusaha dan pelaku industri untuk meningkatkan penjualan.
Adapun data penjualan Adira Finance selama April ditopang pembiayaan mobil baru dan bekas sebesar Rp 871,39 miliar serta motor baru dan bekas Rp 1.004 miliar.
Disusul pembiayaan durables atau barang rumah tangga sebesar Rp 30,97 miliar dan pembiayaan fasilitas dana multiguna Rp 437,69 miliar.
Sementara itu, untuk pembiayaan syariah pada kuartal I 2021 mencatat pertumbuhan positif yakni mencapai Rp 1,1 triliun.
Baca Juga: Mudik Dilarang, Adira Finance Prediksi Pola Penjualan Mobil Bisa Berubah
"Pembiayaan syariah kuartal I 2021 mencapai Rp 1,1 triliun, naik dibanding tahun lalu. Secara keseluruhan proporsi pembiayaan untuk segmen mobil mencapai 53 persen, motor 44 persen dan nonotomotif mencapai 3 persen," kata Niko.
Meski begitu, Niko membeberkan meningkatnya transaksi penjualan tak lepas dari relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) mobil baru dari Pemertintah.
"Insentif PPnBM sangat membantu mendongkrak pembiayaan saat ini, dimana PPnBM di mobil membuat pembiayaan meningkat," tuturnya.
"Cuma tidak bisa maksimal karena dealer banyak yang kehabisan barang, ketersediaan stok tidak sesuai dengan demand yang ada. Jadi demandnya naik tinggi tapi pabriknya tidak bisa menyediakan barangnya," pungkasnya.