GridOto.com - Teknologi mesin mobil di Indonesia terus berkembang.
Ingat enggak, pada dekade 1990-an mesin mobil dengan sistem bahan bakar injeksi jadi primadona karena lebih unggul di tenaga dan efisien dalam mengolah bahan bakar dibanding mesin karburator.
Atau ketika pemerintah Indonesia menerapkan standar emisi Euro2 pada 2007, mesin mobil dengan sistem bahan bakar karburator harus rela dihentikan produksinya.
Gantinya hadir mesin mobil injeksi dengan sistem closed loop, tambahan catalytic converter, dan hadirnya teknologi katup variabel seperti VVT-i, VTEC, MIVEC, dan CVTC.
Baca Juga: Ruang Bakar Banyak Kerak Karbon, Ini Efeknya Pada Mesin Mobil
Kini standar emisi Euro4 sudah diterapkan sejak 2018 dan teknologi baru seperti direct injection dan aplikasi turbocharger di mesin berkapasitas kecil sudah dinikmati konsumen Indonesia.
"Evolusi mesin saat ini lebih memperhatikan emisi gas buang yang lebih ketat dengan tetap mengedepankan efisiensi mesin, dan menjadikan mesin semakin bertenaga," jelas Dr. Andreas Schaefer, Senior Fuel Scientist Product & Technology Shell Global dalam acara launching bahan bakar baru Shell V-Power Nitro+ (7/4).
"Namun, di sisi lain hal ini juga membuat mesin lebih mudah terekpos terhadap endapan residu hasil pembakaran dan energi yang terbuang akibat gesekan panas, sehingga bisa mengurangi performa dan efisiensi mesin pada akhirnya," lanjut pria yang bermarkas di Shanghai, China ini.
Menurutnya, perkembangan teknologi dan aturan emisi gas buang ini membuat faktor bahan bakar menjadi sangat penting.