Gagal Raih Gelar Juara MotoGP 2020, Bos Ducati Salahkan Pembalapnya

Rezki Alif Pambudi - Jumat, 25 Desember 2020 | 20:15 WIB

Paolo Ciabatti sebut pembalap sebagai biang keladi kegagalan di MotoGP 2020 (Rezki Alif Pambudi - )

GridOto.com - Meski dengan absennya Marc Marquez, Ducati gagal membawa pembalapnya menjadi juara MotoGP 2020.

Sebenarnya Ducati tidak gagal 100% sih, karena berhasil membawa pulang gelar konstruktor.

Tapi di MotoGP gelar konstruktor tidak cukup bergengsi seperti di F1, gelar juara pembalaplah yang lebih berharga dari apapun.

Makanya itu Ducati masih sangat tidak puas meski sudah meraih gelar konstruktor.

Baca Juga: Mercedes Akui Gagal Maksimalkan Pengembangan Sistem DAS di F1 2020

Sporting Director Ducati, Paolo Ciabatti, menilai ketidakmampuan pembalap jadi alasan utama kegagalan di 2020.

"Sayang sekali, kami melewatkan kesempatan pertama yang sangat berharga," kata Ciabatti dilansir GridOto.com dari Paddock-GP.com.

Menurut Ciabatti, motor Ducati sudah sangat kompetitif hampir di tiap balapan.

Jadi pertarungan di kelompok depan hampir selalu melibatkan pembalap Ducati.

Buktinya, gelar konstruktor bisa diraih di MotoGP 2020 ini.

Baca Juga: Beda Cara dengan Ferrari dan Red Bull, Tim McLaren F1 Tidak Berencana dengan Program Pembalap Muda, Apa Alasannya?

Sayangnya, pembalap Ducati seolah sudah berbagi kuota kompetitif di tiap balapan.

"Motor Ducati sangat kompetitif, pada dasarnya, kami bertarung untuk podium di semua Grand Prix, kecuali di Aragon dan Valencia saja," sambungnya.

"Tapi sayangnya kesuksesan ini terbagi dalam 5 pembalap berbeda. Artinya kami tidak konsisten untuk 1 pembalap saja," tegas Ciabatti.

Jadi kunci kegagalannya adalah tidak adanya pembalap yang cukup konsisten di tiap balapan.

Andrea Dovizioso yang biasanya jadi andalan juga tak bisa konsisten dalam tiap balapan.

Baca Juga: Davide Brivio Bocorkan Rahasia Suzuki Bisa Jadi Juara MotoGP 2020

"Jadi terbukti bahwa GP20 sangat kompetitif. Tapi karena beberapa sebab kami tak bisa tampil di atas dengan hanya 1 pembalap. Tahun ini konsistensi lebih penting dari appaun," sambungnya.

"Padahal konsistensinya hanya dibutuhkan dalam 14 balapan saja dan itu cukup pendek. Joan Mir bisa membuat poin lebih banyak dan dia jarang bertarung untuk posisi pertama. Dia bisa mengatur dirinya agar tetap di top 5, bahkan meski start dari belakang," jelas Cabatti.

Selain itu, masalah teknis juga jadi kendala dimana beberapa pembalapnya harus keluar balapan saat berada di baris depan.