Kulik Performa Mobil, Ganti Knalpot Atau Remap Lebih Dahulu?

Aditya Pradifta - Kamis, 17 Desember 2020 | 22:31 WIB

Modifikasi mesin mobil, remap dulu atau ganti knalpot dulu (Aditya Pradifta - )

GridOto.com - Banyak cara mengulik dan meningkatkan performa mesin mobil, paling simpel yakni remap ECU hingga ganti knalpot.

Namun bagi sebagian orang bisa jadi kebingungan tentang mana dulu yang harus dikerjakan, apakah remap lebih dulu atau ganti knalpot dulu.

Menurut pakar modifikasi mesin, Odi Rachmat, dari ORD Exhaust menyarankan ganti kanlpot yang dilakukan lebih dulu.

Aditya Pradifta
Ganti knalpot mobil full system
"Sebetulnya yang akan terjadi saat melakukan remap lebih dulu baru ganti knalpot, nantinya gak agak optimal peak performanya. Ternyata misalnya airflow yang dibutuhin mesin gak sesuai," ucap Odi.

"Dan sebetulnya tetap akan ada peningkatan power tapi tidak sempurna. Pada akhirnya justru harus remap lagi. Gampangnya, hal teknis dulu baru elektrikalnya. Entah itu cuma knalpot atau kompomen lain di mesin," sambung Odi.

Remap ECU oleh Elika Automotive Performance EP Tune
Ia juga menambahkan nantinya akan lebih menguras biaya jika melakukan salah urutan, "Artinya kan akan keluarin biaya lagi untuk remap," ucapnya menukas.

Selain itu, ada dampak lain pada mesin misalnya saja soal stoikiometri yang normalnya 13:1.

"Kita gak tahu berapa rasionya yang harus dinaik-turunkan persentasenya. Yang bisa mengakibatkan reach (campuran bahan bakar basah) atau juga lean (campuran bahan bakar kering). Nah lean itu dekat dengan potensi mesin gelitik," terang Odi.

Aditya Pradifta
Honda Brio bermesin Jazz
Dua keadaan ini adalah kondisi mesin tidak optimal, jika reach artinya AFR (Air-Fuel Ratio) sekitar 1:11.

"Itu udah boros, hitam, ngebul, bau, dan gak enak. Kalau lean itu sekitar 1:14 atau 1:15 ke atas AFR-nya. Padahal mobil itu masih menyimpan sekitar 10% lagi kalau AFR-nya ketemu di 1:13," jelasnya lagi.

Aditya Pradifta
Ganti knalpot custom free flow
"Akibatnya jika terjadi reach itu bisa ngempos di rpm bawah. Busi gak mampu membakar dengan sempurna karena kebanyakan bensin. Kalau dibiarkan terlalu lama bahayanya bisa masuk carbon ke dalam mobil. Kalau ke mesin bisa bikin silinder jadi baret," sambung Odi lebih rinci.

Menurut Odi lagi, jika terjadi lean akan lebih mudah dirasakan karena akan lebih cepat mencapai over heat dan mesin gelitik.

Akibat terparahnya yakni piston bisa meleleh karena bensin kurang, terjadi detonasi (mesin gelitik).