GridOto.com - Wacana penghapusan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan kadar oktan rendah di bawah 91 kembali mencuat, dan jadi perbincangan hangat dalam beberapa pekan terakhir ini.
Secara tidak langsung hal itu menimbulkan kekhawatiran mengenai ketersediaannya di pasar, khususnya bagi masyarakat yang terbiasa menggunakan BBM bersubsidi seperti Pertalite (90) dan Premium (88).
Disinggung tentang wacana tersebut, Fajriyah Usman, selaku VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) pun angkat bicara.
Menurutnya, saat ini Pertamina masih menjual kedua jenis BBM tersebut di Indonesia, dan tetap komitmen melaksanakan penugasan dari Pemerintah untuk menyalurkan Premium berdasarkan Peraturan Presiden No 43 Tahun 2018.
Baca Juga: Permudah Akses, Pertamina Hadirkan 28 Pertashop di Sumbagsel, Ini Dia Titiknya
"Berdasarkan penugasan dari Pemerintah, saat ini Pertamina masih menyalurkan dan menyediakan Premium di Indonesia dan menjangkau wilayah 3T (Terdepan, Terluar, dan Terpencil) dalam program BBM Satu Harga," ujar Fajriyah dalam siaran resmi Pertamina, Jumat (4/9/2020).
Enggak cuma itu, Fajriyah juga menjamin stok BBM dalam kondisi aman untuk dipasok sampai ke pelosok negeri, termasuk jenis Premium dan Pertalite.
"Seluruh produk tersedia dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan tetap membeli BBM sesuai dengan konsumsi harian," tutur Fajriah lagi.
"Saat ini ketahanan stok BBM nasional berada di kisaran level 26 hari," imbuhnya.
Baca Juga: Rencana Penghapusan BBM Ron di Bawah 91 Terus Digodok, Premium dan Pertalite Terancam Hilang
Fajriyah menambahkan, sejak dilonggarkannya aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada awal Juni 2020 lalu, konsumsi BBM terpantau terus mengalami peningkatan.
Adapun konsumsi BBM di sektor retail terus mengalami peningkatan hingga mencapai 122 ribu kilo liter per hari, atau 7 persen di bawah rata-rata konsumsi normal sebelum pandemi Covid-19.
"Selama masa PSBB, konsumsi BBM nasional turun sekitar 25 persen, bahkan penurunan di beberapa daerah mencapai 50 persen. Namun kini konsumsi terus merangkak naik mendekati kondisi penyaluran normal," pungkasnya.